Ku Paksa Anak SMP Untuk Melayani Nafsu Ku
Ku Paksa Anak SMP Untuk Melayani Nafsu Ku
Setahun sudah aku tinggal dengan mereka, di usia puber sepertiku, semakin hari tubuh Susan yang biasa kupanggil Adik, terlihat semakin bongsor saja, dengan kulitnya yang putih bersih semakin terlihat menggairahkan nafsuku. Maklumlah turunan dari ibunya yang bertubuh bongsor dan montok.
Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan Susan, sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi payudaranya mulai terlihat bentuknya. Aku pun mulai mengincarnya, suatu ketika aku akan mendekatinya, pikirku.
Dihari berikutnya saat Susan pulang dari sekolah langsung menuju ke kamar tempat cucian-cucian yang belum kering, karena di rumah lagi tidak ada orang, akupun mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku tidak mengagetkannya.
“San…udah pulang..?” iya kak, sambil melepas sepatunya.
“Awas dong…mau ganti baju nih…!” katanya memohon.
“Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju boleh masuk lagi ya…!” pintaku padanya.
“Iya…..boleh…” ungkapnya.
“Aku masuk ya…!” pintaku dari luar sambil membuka pintu. Wow..seperti bidadari Susan memakai daster kecilnya yang bertali satu, jantungku berdegup kencang seakan tidak percaya akan pemandangan itu.
“San…kamu cantik sekali pakai baju itu..!” ungkapku jujur padanya.
“Masa sih..!” kata Susan sambil berputar bergaya seperti peragawati.
“Aku boleh bilang sesuatu nggak San…?” tanyaku agak ragu padanya.
“Mau bilang apaan sih kak…serius banget deh kayaknya…!” ungkap Susan penasaran.
“A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar aja…!” ungkapku memberanikan diri.
“Aku janji nggak ngapa-ngapain….sungguh..!” janjiku padanya.
“Iiih…peluk gimana sih.., emang mau ngapain…, nggak mau ah…!” bantahnya.
“Sebentar….aja….ya…Len..” kembali aku membujuknya, jangan sampai dia jadi takut padaku.
“Ya udah cepetan ah…yang enggak-enggak aja sih…” ungkapnya agak genit sambil berdiri membelakangiku.
Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri belakang, tanganku melingkar di tubuhnya yang kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap-usap dengan perlahan.
Gila..kontolku langsung berdenyut begitu menyentuh pantat Marlena yang empuk dan bentuknya sedikit menungging menyentuh ke arah kontolku. Langsung saja kugesek-gesekkan pelan-pelan di pantatnya itu.
“Iiih….diapain sih tuh…udah….ah…!” seru Marlena sambil berusaha melepaskan pelukanku.
“Aku terangsang San…abis kamu cantik sekali San…!” ungkapku terus terang.
Susan pun membalikkan badannya menghadapku, sambil menatapku penuh rasa penasaran.
“Anunya bangun ya kak…?” tanya Susan heran.
“Iya San…aku terangsang sekali…” ungkapku sambil mengelus-elus celanaku yang menyembul karena kontolku yang sudah tegang.
“Kamu mau lihat nggak San…?” tanyaku padanya.
“Nggak ah…entar ada orang masuk lho…!” katanya polos.
“Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya…!” ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu gerbang depan.
Sementara Susan menungguku dengan sedikit salah tingkah di kamar itu.
Sekembali mengunci pintu gerbang depan, kulihat Susan masih di kamar itu menunggu dengan malu-malu, tapi juga penasaran.
“Ya udah aku buka ya…..?” ungkapku sambil menurunkan celana pendekku pelan-pelan.
Kulihat Susan mengbuang muka pura-pura malu tapi matanya sedikit melirik mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah kembali ngaceng.
“Nih lihat….cepetan mumpung nggak ada orang…!” ungkapku pada Susan sambil kuelus-elus kontolku di depannya. Susan pun melihatnya dengan tersipu-sipu.
“Iiih ngapain sih…. Malu tahu…!” ungkapnya pura-pura.
“Ngapain malu San…kan udah nggak ada orang…” kataku berdebar-debar.
“Mau pegang nggak….?” Ungkapku sambil menarik tangan Marlena kutempelkan ke arah kontolku. Tampak muka Susan mulai memerah karena malu, tapi penasaran. Masih dalam pegangan tanganku, tangan Susan kugenggamkan pada batang kontolku yang sudah ngaceng itu, sengaja ku usap-usapkan pada kontolku, dia pun mulai berani melihat ke arah kontolku.
“Iiiih…takut ah…gede banget sih…!” ungkapnya, sambil mulai mengusap-ngusap kontolku, tanpa bimbinganku lagi.
“Aaaah…ooouw….terus San…enak banget…!” aku mulai merintih. Sementara Susan sesuai permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali mengusap-usapkan tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa penasarannya semakin menjadi melihat kontolku yang sudah ngaceng itu.
“Aku boleh pegang-pegang kamu nggak San…?” ungkapku sambil mulai mengusap-usap lengan Marlena, lalu bergeser mengusap-usap punggungnya, sampai akhirnya ku usap-usap dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut. Susan terlihat bingung atas tingkahku itu, di belum mengerti apa maksud dari tindakanku terhadapnya itu, dengan sangat hati-hati rabaan tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya, sampai sesekali Marlena menggelinjang kegelian, aku berusaha untuk tidak terlihat kasar olehnya, agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan ulahku itu kepada orang tuanya.
“Gimana San…….?” ungkapku padanya.
“Gimana apanya…!” jawab Susan polos.
Aku kembali berdiri dan memeluk Susan dari belakang, sementara celanaku sudah jatuh melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Susan pun diam saja saat aku memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster mini warna bunga-bunga merah yang dipakai Susan membuatku semakin bernafsu padanya. akupun terus menggesek-gesekkan batang kontolku di atas pantatnya itu. Sementara tangan Susan terus menggenggam batang kontolku yang menempel di pantatnya, sesekali dia mengocoknya pelan-pelan.
Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster tipis Susan yang menutupi bagian pantatnya itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang kontolku diatas pantat Susan yang tidak tertutupi oleh daster tipinya lagi.
"San….buka ya celana dalamnya….!” pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai sebatas bahunya itu.
“Eeeh….mau ngapain sih….pake dibuka segala…?” tanyanya bingung.
“Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu… Susan tenang aja…!” bujukku padanya agar dia bersikap tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan celana dalam Marlena.
“Tuh kan…..malu…masa nggak pake celana dalam sih…!” ungkapnya merengek padaku.
“Udah nggak apa-apa….kan nggak ada siapa-siapa..!” aku menenangkannya.
“Kamu kan udah pegang punyaku…sekarang aku pegang punyamu ya…Len..?” pintaku padanya, sambil mulai ku usap-usap memeknya yang masih bersih tanpa bulu itu.
“Ah..udah dong…geli nih…” ungkap Susan, saat tanganku mengusap-usap selangkangan dan memeknya.
“Ya udah….punyaku aja yang ditempelin deket punyamu ya..!” ungkapku sambil menempelkan batang kontolku ditengah-tengah selangkangan Susan tepat diatas lubang memeknya. Pelan-pelan kugesek-gesekkan batang kontolku itu di belahan memek Susan. Lama kelamaan memek Susan mulai basah, semakin licin terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan memek Susan, nafsu birahiku semakin tinggi, darahku rasanya mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang makin cepat.
Masih dalam posisi membelakangiku, aku meminta Susan membungkukkan badannya ke depan agar aku lebih leluasa menempelkan batang kontolku di tengah-tengah selangkangannya. Susan pun menuruti permintaanku tanpa rasa takut sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan segala permintaanku yang diucapkan dengan hati-hati tanpa paksaan terhadapnya, meyakinkan Susan bahwa aku tidak mungkin menyakitinya.
“Terus kita mau ngapain nih…?” ungkap Susan heran sambil menunggingkan pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik daster tipisnya lalu kukocok-kocokkan pada batang kontolku yang sudah basah oleh cairan memek Susan tadi. Lantas aku masukan kembali batang kontolku ketengah-tengah selangkangan Susan, menempel tepat pada belahan memek Susan, mulai kugesek-gesekan secara beraturan, cairan memek Susan pun semakin membasahi batang kontolku.
“Aaah…San…enaaaak….bangeet…!” aku merintih nikmat.
“Apa sih rasanya….emang enak…ya…?” tanya Susan, heran.
“Iya…San…rapetin kakinya ya…!” pintaku padanya agar merapatkan kedua pahanya.
Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela selangkangan Susan. Aku terus menggenjot kontolku disela-sela selangkangannya, sambil sesekali kusentuh-sentuhkan ke belahan memeknya yang sudah basah.
“Ah geli nih…. udah belum sih…jangan lama-lama dong…!” pinta Susan tidak mengerti adegan ini harus berakhir bagaimana.
“Iya…San… sebentar lagi ya…!” ungkapku sambil mempercepat genjotanku, tanganku meremas pantat Susan dengan penuh nafsu.
Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang kontolku seakan sebuah gunung yang akan memuntahkan lahar panasnya.
“Aaaaakh…aaaoww…Saann…aku mau keluaarr…crottt…crott…crottt.. oouhh…!” air maniku muncrat dan tumpah diselangkangan Susan, sebagian menyemprot di belahan memeknya.
“Iiiih….jadi basah..nih…!” ungkap Susan sambil mengusap air maniku diselangkangannya.
“Hangat…licin…ya…?” ungkapnya sambil malu-malu.
“Apaan sih ini….namanya..?” Susan bertanya padaku.
“Hmm…itu namanya air mani…San…!” jelasku padanya.
Dipegangnya air mani yang berceceran di pahanya, lalu dia cium baunya, sambil tersenyum. Aku pun menatap Susan sambil melihat reaksinya setelah melihat tingkahku padanya itu. Tapi untunglah Susan tidak kaget atas tingkahku itu, cuma sedikit rasa ingin tahu saja yang terlihat dari sikapnya itu.
Aku sungguh beruntung dengan keadaan di rumah itu sore itu yang telah memberiku kesempatan untuk mendekati Susan gadis kecil yang cantik.
Susanpun menurunkan daster mininya sambil mengusapkannya ke selangkangannya yang belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya kembali celana dalamnya yang kulepas tadi.
“San…makasih ya…udah mau pegang punyaku tadi…!” ungkapku pada Susan yang masih terheran-heran atas ulahku tadi.
“Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku pengen seperti ini lagi..?” pintaku pada Susan.
“Iya…nggak apa-apa…asal jangan lagi ada orang aja..kan malu…!” ungkap Susan polos.
Setelah itu Susan pun bergegas mengambil tas sekolahnya berlalu ke dalam kamarnya, aku benar-benar merasa puas dengan kepolosannya tadi, pokoknya nanti aku akan bujuk dia untuk seperti itu lagi, kalau perlu kuajari yang lebih dari itu
Ku Paksa Anak SMP Untuk Melayani Nafsu Ku
Reviewed by quien
on
November 08, 2017
Rating:
No comments: