Seorang polisi Wanita Diperkosa Sampe Masuk RS
Seorang polisi Wanita Diperkosa Sampe Masuk RS
Suci, 23 tahun, adalah seorang anggota Polwan yang baru dilantik beberapa bulan yang lalu dan masih Perawan. Suci atau sering dipanggil Uci itu memiliki wajah yang cukup cantik, berkulit putih dengan bibir yang merah merekah, tubuhnya kelihatan agak berisi dan sekal. Orang-orang di sekitarnya pun menilai wajahnya mirip dengan artis Desy Ratnasari.
Banyak orang menyayangkan dirinya yang lebih memilih profesi sebagai seorang polisi wanita daripada menjadi artis atau seorang foto model. Maklumlah, dengan penampilannya yang cantik itu Suci memiliki modal yang cukup untuk berprofesi sebagai seorang foto model atau artis sinetron.
Tinggi badannya 170 cm dan ukuran bra 38B, membuat penampilannya makin menggairahkan, apalagi ketika ia mengenakan baju seragam dinas Polwan dengan baju dan rok seragam coklatnya yang berukuran ketat sampai-sampai garis celana dalamnya pun terlihat jelas menembus dan menghias kedua buah pantatnya yang sekal. Karena ukuran roknya yang ketat, sehingga saat ia berjalan goyangan pantatnya terlihat aduhai. Semua pria yang berpikiran nakal pastilah ingin mencicipi tubuhnya.
Pada suatu malam sehabis lembur, sekitar jam 10 malam ia berjalan sendirian meninggalkan kantor untuk pulang menuju ke mess yang kebetulan hanya berjarak sekitar 600 meter dari Markas Polda tempatnya berdinas. Dia merasakan badannya amat lelah akibat seharian kerja ditambah lembur tadi, sekujur tubuhnya pun terasa lengket-lengket karena keringat yang juga membasahi seragam dinas yang dikenakannya.
Dengan berjalan agak lambat, kini tibalah Handayani pada sebuah jalan pintas menuju ke mess yang kini tinggal berjarak 100 meter itu, namun jalan tersebut agak sunyi dan gelap. Tiba-tiba tanpa disadarinya, sebuah mobil Kijang berkaca gelap memotong jalan dan berhenti di depannya. Belum lagi hilang rasa kagetnya, sekonyong-konyong keluar seorang pemuda berbadan kekar dari pintu belakang dan langsung menyeret Suci yang tidak sempat memberikan perlawanan itu masuk ke dalam mobil tersebut, dan mobil itu kemudian langsung tancap gas dalam-dalam meninggalkan lokasi.
Di dalam mobil tersebut ada empat orang pria. Suci diancam untuk tidak berteriak dan bertindak macam-macam, sementara mobil terus melaju dengan cepat. Suci yang masih terbengong-bengong pun didudukkan di bagian tengah, diapit 2 orang pria. Sementara mobil melaju, mereka berusaha meremas-remas pahanya. Tangan kedua lelaki tersebut mulai bergantian mengusap-usap kedua paha mulus Suci.
Naluri polisi Suci kini bangkit dan berontak. Namun belum lagi berbuat banyak, tiba-tiba lelaki yang duduk di belakangnya memukul kepala Suci beberapa kali hingga akhirnya Suci pun mengakhiri perlawanannya dan pingsan.
Kedua tangan Suci diikat ke belakang dengan tali tambang hingga dadanya yang montok dan masih dilapisi seragam Polwan itu mencuat ke depan. Sementara itu selama dalam perjalanan kedua orang pria yang mengapitnya itu memanfaatkan kesempatan dengan bernafsu menyingkap rok seragamnya Suci sampai sepinggang. Setelah itu kedua belah kakinya dibentangkan lebar-labar ke kiri dan kanan sampai akhirnya tangan-tangan nakal kedua lelaki tersebut dengan leluasa menyeruak ke dalam celana dalam Suci, kemudian dengan bernafsu mengusap-ngusap kemaluan Suci.
Akhirnya sampailah mereka di sebuah rumah besar yang sudah lama tidak ditempati di suatu daerah sepi. Mobil langsung masuk ke dalam dan garasi langsung ditutup rapat-rapat. Kemudian Suci yang masih pingsan itu langsung digotong oleh dua orang yang tadi mengapitnya masuk ke dalam rumah tersebut. Rumah tersebut kelihatan sekali tidak terawat dan kosong, namun di tengah-tengahnya terdapat satu sofa besar yang telah lusuh.
Ternyata di sana sudah menunggu kurang lebih sekitar lima orang pria lagi, jadi total di sana ada sekitar sembilan orang lelaki. Mereka semua berpenampilan sangar, badan mereka rata-rata dipenuhi oleh tatto dan lusuh tidak terawat, sepertinya mereka jarang mandi.
Suci kemudian didudukkan di sebuah kursi sofa panjang di antara mereka.
“Waw betapa cantiknya Polwan ini.” guman beberapa lelaki yang menyambut kedatangan rombongan penculik itu sambil memandangi tubuh lunglai Suci.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka berujar memerintah, “Lay.., ambilin air..!”
Seseorang bernama Jalay segera keluar ruangan dan tidak lama kemudian masuk dengan seember air.
“Ini Gung..,” ujar Jalay.
Agung yang berbadan tegap dan berambut gondrong itu berdiri dan menyiramkan air pelan-pelan ke wajah Suci.
Beberapa saat kemudian, ketika sadar Polwan cantik itu terlihat sangat terkejut melihat suasana di depannya, “Kamu…” katanya seraya menggerakkan tubuhnya, dan dia sadar kalau tangannya terikat erat.
Kali ini Agung tersenyum, senyum kemenangan.
“Mau apa kamu..!” Suci bertanya setengah menghardik kepada Frans.
“Jangan macam-macam ya, saya anggota polisi..!” lanjutnya lagi.
Agung hanya tersenyum, “Silakan saja teriak, nggak bakal ada yang dengar kok. Ini rumah jauh dari mana-mana.” kata Agung.
“Asal tau aja, begitu urusan gue di Polda waktu itu beres, elo udah jadi incaran gue nomer satu.” sambungnya.
Sadar akan posisinya yang terjepit, keputusasaan pun mulai terlihat di wajah Polwan itu, wajahnya yang cantik sudah mulai terlihat memelas memohon iba. Namun kebencian di hati Agung masih belum padam, terlebih-lebih dia masih ingat ketika Suci membekuknya saat dia beraksi melakukan pencopetan di dalam sebuah pasar. Namun karena bukti yang kurang, saat diproses di Polda Agung pun akhirnya dibebaskan. Hal inilah yang membuat Agung mendendam dan bertindak nekat seperti ini.
Memang di kalangan dunia kriminal nama Agung cukup terkenal. Pria yang berusia 40-an tahun itu sering keluar masuk penjara lantaran berbagai tindak kriminal yang telah dibuatnya. Tindakannya seperti mencopet di pasar, merampok pengusaha, membunuh sesama penjahat. Kejahatan terakhir yang belum sempat terlacak oleh polisi yang dia lakukan beberapa hari yang lalu adalah merampok dan memperkosa korbannya, yaitu seorang ibu muda yang berusia sekitar 25 tahun, istri dari seorang pengusaha muda yang kaya raya. Ibu itu sendirian di rumahnya yang besar dan mewah karena ditinggal suaminya untuk urusan bisnis di Hongkong.
“Ampun Mas, maafkan aku, aku waktu itu terpaksa bersikap begitu.” katanya seolah membela diri.
“Ha.. ha.. ha…” Agung tertawa lepas dan serentak lelaki yang lainnya pun ikut tertawa sambil mengejek Suci yang duduk terkulai lemas.
“Hei Polwan goblok, gue ini kepala preman sini tau! Elo nangkep gue sama aja bunuh diri!” ujar Agung sambil mengelus-elus dagunya.
“Sekarang elo musti bayar mahal atas tindakan elo itu, dan gue mau kasih elo pelajaran supaya elo tau siapa gue.” sambungnya.
Suci pun tertunduk lemas seolah dia menyesali tindakan yang telah diambilnya dulu, airmatanya pun mulai berlinang membasahi wajahnya yang cantik itu.
Tiba-tiba, “BUKK..” sebuah pukulan telak menghantam pipi kanannya, membuat tubuh Suci terlontar ke belakang seraya menjerit. Seorang lelaki berkepala botak telah menghajar pipinya, dan “BUKK” sekali lagi sebuah pukulan dari si botak menghantam perut Handayani dan membuat badannya meringkuk menahan rasa sakit di perutnya.
“Aduh.., ampun Bang.. ampunn..,” ujar Suci dengan suara melemah dan memelas.
Agung sambil melepaskan baju yang dikenakannya berjalan mendekati Suci, badannya yang hitam dan kekar itu semakin terlihat seram dengan banyaknya tatto yang menghiasi sekujur badannya.
“Udah Ki, sekarang gue mau action.” ujar Agung sambil mendorong Hengki si kepala Botak yang menghajar Suci tadi.
Tidak perduli dengan pembelaan diri Suci, Agung dengan kasarnya menyingkapkan rok seragam Polwan Suci ke atas hingga kedua paha mulus Suci terlihat jelas, juga celana dalam putihnya.
Suci menatap Agung dengan ketakutan, “Jangan, jangan Mas…” ucapnya memelas seakan tahu hal yang lebih buruk akan menimpa dirinya.
Kemudian, dengan kasar ditariknya celana dalam Suci sehingga bagian bawah tubuh Suci telanjang. Kini terlihat gundukan kemaluan Suci yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang tidak begitu lebat, sementara itu Suci menangis terisak-isak.
Para lelaki yang berada di sekitar Agung itu pun pada terdiam melongo melihat indahnya kemaluan Polwan itu. Untuk sementara ini mereka hanya dapat melihat ketua mereka mengerjai sang Polwan itu untuk melampiaskan dendamnya. Kini Agung memposisikan kepalanya tepat di hadapan selangkangan Suci yang nampak mengeliat-geliat ketakutan. Tanpa membuang waktu, direntangkannya kedua kaki Suci hingga selangkangannya agak sedikit terbuka, dan setelah itu dilumatnya kemaluan Handayani dengan bibir Agung.
Dengan rakus bibir dan lidah Agung mengulum, menjilat-jilat lubang vagina Suci. Badan Suci pun menggeliat-geliat kerenanya, matanya terpejam, keringat mulai banjir membasahi baju seragam Polwannya, dan rintihan-rintihannya pun mulai keluar dari bibirnya akibat ganasnya serangan bibir Suci di kemaluannya, “Iihh.. iihh.. hhmmh..”
Tidak tahan melihat itu, Jalay dan seorang yang bernama Sudi yang berdiri di samping langsung meremas-meremas payudara Suci yang masih terbungkus seragam itu. Suci sesekali nampak berusaha meronta, namun hal itu semakin meningkatkan nafsu Suci. Jari-jari Agung juga meraba secara liar daerah liang kemaluan yang telah banjir oleh cairan kewanitaannya dan air liur Agung. Jari telunjuknya mengorek dan berputar-putar dengan lincah dan sekali-sekali mencoba menusuk-nusuk.
“Aakkh.. Ooughh…” Suci semakin keras mengerang-ngerang.
Setelah puas dengan selangkangan Suci, kini Agung bergeser ke atas ke arah wajah Suci. Dan kini giliran bibir merah Suci yang dilumat oleh bibir Agung. Sama ketika melumat kemaluan Suci, kini bibir Suci pun dilumat dengan rakusnya, dicium, dikulum dan memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Suci.
“Hmmph.. mmph.. hhmmp..” Suci hanya dapat memejamkan mata dan mendesah-desah karena mulutnya terus diserbu oleh bibir Suci.
Bunyi decakan dan kecupan semakin keras terdengar, air liur mereka pun meleleh menetes-netes. Sesekali Suci menjilat-jilat dan menghisap-hisap leher jenjang Suci.
“It?s showtime..!” teriak Agung yang disambut oleh kegembiraan teman-temannya.
Kini Agung yang telah puas berciuman berdiri di hadapan Suci yang napasnya terengah-engah akibat gempuran Agung tadi, matanya masih terpejam dan kepalanya menoleh ke kiri seolah membuang wajah dari pandangan Agung. Agung pun membuka celana jeans lusuhnya hingga akhirnya telanjang bulat. Kemaluannya yang berukuran besar telah berdiri tegak mengacung siap menelan mangsa.
Kini Agung meluruskan posisi tubuh Suci dan merentangkan kembali kedua kakinya hingga selangkangannya terkuak sedikit kemudian mengangkat kedua kaki itu serta menekuk hingga bagian paha kedua kaki itu menempel di dada Suci. Hingga kemaluan Suci yang berwarna kemerahan itu kini menganga seolah siap menerima serangan. Tangis Suci semakin keras, badannya terasa gemetaran, dia tahu akan apa-apa yang segera terjadi pada dirinya.
Agung pun mulai menindih tubuh Suci, tangan kanannya menahan kaki Polwan itu, sementara tangan kirinya memegangi batang kemaluannya membimbing mengarahkan ke lubang vagina Suci yang telah menganga.
“Ouuhh.. aah.. ampuunn.. Mass..!” rintih Suci.
Badan Suci menegang keras saat dirasakan olehnya sebuah benda keras dan tumpul berusaha melesak masuk ke dalam lubang vaginanya.
“Aaakkh..!” Suci mejerit keras, matanya mendelik, badannya mengejang keras saat Agung dengan kasarnya menghujamkan batang kemaluannya ke dalam lubang vagina Suci dan melesakkan secara perlahan ke dalam lubang vagina Suci yang masih kencang dan rapat itu.
Keringat pun kembali membasahi seragam Polwan yang masih dikenakannya itu. Badannya semakin menegang dan mengejan keras disertai lolongan ketika kemaluan Agung berhasil menembus selaput dara yang menjadi kehormatan para gadis itu.
Setelah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya di dalam lubang vagina Suci, Agung mulai menggenjotnya mulai dengan irama perlahan-lahan hingga cepat. Darah segar pun mulai mengalir dari sela-sela kemaluan Suci yang sedang disusupi kemaluan Agung itu. Dengan irama cepat Agung mulai menggenjot tubuh Suci, rintihan Suci pun semakin teratur dan berirama mengikuti irama gerakan Agung.
“Ooh.. oh.. oohh..!” badannya terguncang-guncang keras dan terbanting-banting akibat kerasnya genjotan Suci yang semakin bernafsu.
Setelah beberapa menit kemudian badan Agung menegang, kedua tangannya semakin erat mencengkram kepala Suci, dan akhirnya disertai erangan kenikmatan Agung berejakulasi di rahim Suci. Sperma yang dikeluarkannya cukup banyak hingga meluber keluar. Suci hanya dapat pasrah menatap wajah Agung dengan panik dan kembali memejamkan mata disaat Agung bergidik untuk menyemburkan sisa spermanya sebelum akhirnya terkulai lemas di atas tubuh Suci.
Tangis Suci pun kembali merebak, ia nampak sangat shock. Badan Agung yang terkulai di atas tubuh Suci pun terguncang-guncang jadinya karena isakan tangisan dari Suci.
“Gimana rasanya Sayang..? Nikmat kan..?” ujar Agung sambil membelai-belai rambut Suci.
Beberapa saat lamanya Agung menikmati kecantikan wajah Uci sambil membelai-belai rambut dan wajah Uci yang masih merintih-rintih dan menangis itu, sementara kemaluannya masih tertancap di dalam lubang vagina Uci.
“Makanya jangan main-main sama gue lagi ya Sayang..!” sambung Agung sambil bangkit dan mencabut kemaluannya dari vagina Uci.
“Ayo siapa yang mau maju, sekarang giliran…” ujar Agung kapada teman-temannya.
Belum lagi Agung selesai bicara, Kenvi sedari tadi di sampingnya sudah langsung mengambil posisi di depan Suci yang masih lemas terkulai di kursi sofa. Beberapa orang yang tadinya maju kini mereka mundur lagi, karena memang Kenvi adalah orang kedua dalam geng ini.
Kenvi yang berumur 38 tahun dan berperawakan sedang ini segera melepaskan celana jeans kumalnya, dan kemudian naik ke atas sofa serta berlutut tepat di atas dada Suci. Kemaluannya yang telah membesar dan tidak kalah gaharnya dengan kemaluan Agung kini tepat mengarah di depan wajah Suci. Suci pun kembali membuang wajah sambil memejamkan matanya. Kenvi mulai memaksa Uci untuk mengoral batang kejantanannya. Tangannya yang keras segera meraih kepala Suci dan menghadapkan wajahnya ke depan kemaluannya.
Setelah itu kemudian Kenvi memaksakan batang kejantanannya masuk ke dalam mulut Suci hingga masuk sampai pangkal penis dan sepasang buah zakar bergelantungan di depan bibir Suci, yang kelagapan karena mulutnya kini disumpal oleh kemaluan Fredi yang besar itu. Kenvi mulai mengocokkan batang penisnya di dalam mulut Handayani yang megap-megap karena kekurangan oksigen. Dipompanya kemaluannya keluar masuk dangan cepat hingga buah zakarnya memukul-mukul dagu Handayani.
Bunyi berkecipak karena gesekan bibir Suci dan batang penis yang sedang dikulumnya tidak dapat dihindarkan lagi. Hal ini membuat Kenvi yang sedang mengerjainya makin bernafsu dan makin mempercepat gerakan pinggulnya yang tepat berada di depan wajah Suci. Batang penisnya juga semakin cepat keluar masuk di mulut Suci, dan sesekali membuat Suci tersedak dan ingin muntah.
Lima menit lamanya batang penis Kenvi sudah dikulumnya dan membuat Suci makin lemas dan pucat. Akhirnya tubuh Kenvi pun mengejang keras dan Suci menumpahkan spermanya di rongga mulut Suci. Hal ini membuat Suci tersetak dan kaget, ingin memuntahkannya keluar namun pegangan tangan Kenvi di kepalanya sangat keras sekali, sehingga dengan terpaksa Suci menelan sebagian besar sperma itu.
“Aaah..,” Kenvi pun mendesah lega sambil merebahkan badannya ke samping tubuh Suci.
Segera Suci meludah dan mencoba memuntahkan sperma dari rongga mulutnya yang nampak dipenuhi oleh cairan lendir putih itu. Belum lagi menumpahkan semuanya, tiba-tiba badannya sudah ditindih oleh Hengki yang dari tadi juga berada di samping.
“Ouuh..,” Suci mendesah akibat ditimpa oleh tubuh Hengki yang ternyata telah telanjang bulat itu.
Kini dengan kasarnya Hengki melucuti baju seragam Polwan yang masih dikenakan Suci itu. Tetapi karena kedua tangan Suci masih diikat ke belakang, maka yang terbuka hanya bagian dadanya saja.
Setelah itu dengan kasarnya Hengki menarik BH yang dikenakan Suci dan menyembullah kedua buah payudara indah milik Suci itu. Pemandangan itu segera saja mengundang decak kagum dari para lelaki itu.
“Aah.. udah Mass.. ampuunn..!” dengan suara yang lemah dan lirih Suci mencoba untuk meminta belas kasihan dari para pemerkosanya.
Rupanya hal ini tidak membuahkan hasil sama sekali, terbukti Hengki dengan rakusnya langsung melahap kedua bukit kembar payudara Suci yang montok itu. Diremas-remas, dikulum dan dihisap-hisapnya kedua payudara indah itu hingga warnanya berubah menjadi kemerah-merahan dan mulai membengkak.
Setelah puas mengerjai bagian payudara itu, kini Hengki mulai akan menyetubuhi Suci.
“Aaakkhh…” kembali terdengar rintihan Suci dimana pada saat itu Hengki telah berhasil menanamkan kemaluannya di dalam vagina Suci.
Mata Suci kembali terbelalak, tubuhnya kembali menegang dan mengeras merasakan lubang kemaluannya kembali disumpal oleh batang kejantanan lelaki pemerkosanya.
Tanpa membuang waktu lagi, Hengki langsung menggenjot memompakan kemaluannya di dalam kemaluan Suci. Kembali Suci hanya dapat merintih-rintih seiring dengan irama gerakan persetubuhan itu.
“Aaahh.. aahh.. oohh.. ahh.. ohh..!”
Selang beberapa menit kemudian Hengki pun akhirnya berejakulasi di rahim Suci. Hengki pun juga tumbang menyusul Agung dan Kenvi setelah merasakan kenikmatan berejakulasi di rahim Suci. Kini giliran seseorang yang juga tidak kalah berwajah garang, seseorang yang bernama Devin, badannya tegap dan besar serta berotot, kepalanya plontos, kulitnya gelap, penampilannya khas dari daerah timur Indonesia. Usianya sekitar 37 tahun.
Nampak Devin yang agak santai mulai mencopot bajunya satu persatu hingga telanjang bulat, kemaluannya yang belum disunat itu pun sudah mengacung besar sekali. Suci yang masih kepayahan hanya dapat menatap dengan wajah yang sendu, seolah airmatanya telah habis terkuras. Kini hanya tinggal senggukan-senggukan kecil yang keluar dari mulutnya, nafasnya masih terengah-engah gara-gara digenjot oleh Hengki tadi.
Setelah itu dia mendekati Suci dan menarik tubuhnya dari sofa sampai terjatuh ke lantai. Cengkraman tangannya kuat sekali. Kini dia membalikkan tubuh Suci hingga telungkup, setelah itu kedua tangan kekarnya memegang pinggul Suci dan menariknya hingga posisi Suci kini menungging. Jantung Suci pun berdebar-debar menanti akan apa yang akan terjadi pada dirinya.
Dan, “Aakkhh.. ja.. jangan di situu.., ough..!” tiba-tiba Suci menjerit keras, matanya terbelalak dan badannya kembali menegang keras.
Ternyata Devin berusaha menanamkan batang kejantanannya di lubang anus Suci. Devin dengan santainya mencoba melesakkan kejantanannya perlahan-lahan ke dalam lubang anus Suci.
“Aaakh.. aahh.. sakit.. ahh..!” Suci meraung-raung kesakitan, badannya semakin mengejang.
Dan akhirnya Devin bernapas lega disaat seluruh kemaluannya berhasil tertanam di lubang anus Suci. Kini mulailah dia menyodomi Suci dengan kedua tangan memeganggi pinggul. Dia mulai memaju-mundurkan kemaluannya mulai dari irama pelan kemudian kencang sehingga membuat tubuh Uci tersodok-sodok dengan kencangnya.
“Aahh.. aahh.. aah.. oohh.. sudah… oohh.. ampun.. saakiit.. ooh..!” begitulah rintihan Suci sampai akhirnya Martinus berejakulasi dan menyemburkan spermanya ke dalam lubang dubur Suci yang juga telah mengalami pendarahan itu.
Akan tetapi belum lagi habis sperma yang dikeluarkan oleh Devin di lubang dubur Uci, dengan gerakan cepat Devin membalikkan tubuhnya yang masih mengejang kesakitan hingga telentang. Devin rupanya belum merasakan kepuasan, dan dia tanamkan lagi kejantannya ke dalam lubang vagina Uci.
“Oouuff.., aahh..!” Suci kembali merintih saat kemaluan Devin menusuk dengan keras lubang vaginanya.
Langsung Devin kembali menggenjot tubuh lemah itu dengan keras dan kasar sampai-sampai membanting-banting tubuh Suci membentur-bentur lantai.
“Ouh.. oohh.. ohh..!” Suci merintih-rintih dengan mata terpejam.
Dan akhirnya beberapa menit kemudian Devin berejakulasi kembali, yang kali ini di rongga vagina Handayani. Begitu tubuh Devin ambruk, kini giliran seseorang lagi yang telah antri di belakang untuk menikmati tubuh Polwan yang malang ini.
“Giliran gua. Gue dendam sama yang namanya polisi..!” ujar Hong.
Hong, begitulah orang ini sering dipangil, dia adalah residivis keluaran baru yang baru berusia 20 tahun, namun tidaklah kalah sangar dengan Agung atau yang lainnya yang telah berusia 30 sampai 40-an tahun itu. Kejahatannya juga tidak kalah seram, terakhir dia sendirian merampok seorang mahasisiwi yang baru pulang kuliah malam dan kemudian memperkosanya.
Hong memungut topi pet Polwan milik Suci dan mengenakan ke kepala Suci yang kini seluruh tubuh lemasnya mulai gemetaran akibat menahan rasa sakit dan pedih di selangkangannya itu. Setelah itu tanpa ragu-ragu Hong memasukkan penisnya langsung menembus vagina Uci, namun Suci hanya merintih kecil karena terlalu banyak rasa sakit yang dideritanya. Dan kini seolah semua rasa sakit itu hilang.
Beberapa menit lamanya Hong memompa tubuh Suci yang lemah itu. Badan Suci hanya tersentak-sentak lemah seperti seonggokan daging tanpa tulang. Akhirnya kembali rahim Suci yang nampak kepayahan itu dibanjiri lagi oleh sperma. Setelah Hong sebagai orang kelima yang memperkosa Suci tadi, kini empat orang yang lainnya mulai mendekat.
Mereka adalah anggota muda dari geng ini, usia mereka juga masih muda. Ada yang baru berusia 15 tahun dan ada pula yang berusia 17 tahun. Namun penampilan mereka tidak kalah seram dengan para seniornya, aksi mereka berempat beberapa hari yang lalu adalah memperkosa seorang gadis cantik berusia 15 tahun, siswi SMU yang baru pulang sekolah. Gadis cantik yang juga berprofesi sebagai foto model pada sebuah majalah remaja itu mereka culik dan mereka gilir ramai-ramai di sebuah rumah kosong sampai pingsan. Tidak lupa setelah mereka puas, mereka pun menjarah dompet, HP, jam tangan serta kalung milik sang gadis malang tadi.
Rata-rata dari mereka yang dari tadi hanya menjadi penonton sudah tidak dapat menahan nafsu, dan mulailah mereka menyetubuhi Suci satu persatu. Dibuatnya tubuh Polwan itu menjadi mainan mereka. Orang keenam yang menyetubuhi Suci berejakulasi di rahim Uci. Namun pada saat orang ke tujuh yang memilih untuk menyodomi Suci, tiba-tiba Uci yang telah kepayahan tadi pingsan.
Setelah orang ketujuh tadi berejakulasi di lubang dubur Uci, kini orang ke delapan dan ke sembilan berpesta di tubuhnya yang telah pingsan itu, mereka masing-masing menyemprotkan sperma mereka di rahim dan wajah Uci serta ada juga yang berejakulasi di mulut Uci.
Setelah keempat orang tadi puas, rupanya penderitan Suci belumlah usai. Agung dan Hengki kembali bangkit dan mereka satu persatu kembali meyetubuhi tubuh Suci dan sperma mereka berdua kembali tumpah di rahimnya. Kini semuanya telah menikmati tubuh Uci sang Polwan yang cantik itu.
Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 4 pagi, para anggota muda itu diperintah Agung untuk melepas tali yang dari tadi mengikat tangan Uci. Kemudian mereka disuruh mengenakan dan merapikan seluruh seragam Polwan ke tubuh Uci, hingga akhirnya Uci komplit kembali mengenakan seragam Polwannya walau dalam keadaan pingsan.
Setelah itu Agung, Hengki dan Kenvi menggotong tubuh Uci ke mobil Kijang. Mereka bertiga membawa tubuh Uci kembali ke tempatnya diambil tadi malam. Namun selama dalam perjalanan, tiba-tiba nafsu Kenvi kembali bangkit, dia pun mengambil kesempatan terakhir ini untuk kembali memperkosa tubuh Uci sebanyak dua kali. Dia akhirnya berejakulasi di mulut dan di rahim Handayani beberapa meter sebelum sampai pada tujuan. Agung dan Hengki yang duduk di depan hanya dapat memaklumi, karena nafsu sex Hengki memang besar sekali.
Setelah baju seragam Polwan Uci dirapikan kembali, tubuhnya dicampakkan begitu saja di pinggir jalan yang sepi di tempat dimana Uci tadi diculik. Tanpa diketahui oleh Agung dan Hengki, Kenvi diam-diam rupanya menyimpan celana dalam berwarna putih milik Uci, dan menjadikannya sebagai kenang-kenangan.
Setelah itu mereka pun meluncur ke rumah kosong tadi untuk menjemput kawanan geng mereka yang masih berada di sana. Kemudian mereka bersembilan langsung meluncur menuju ke pelabuhan guna menumpang sebuah kapal barang untuk melakukan perjalanan jauh. Mereka pun berharap pada saat sepasukan polisi mulai melacak keberadaan mereka, mereka sudah tenang dalam pelayaran menuju ke suatu pulau di wilayah timur Indonesia
Seorang polisi Wanita Diperkosa Sampe Masuk RS
Reviewed by quien
on
November 12, 2017
Rating:
No comments: