Melayani Gadis Muda Yang Sudah Bernafsu

Melayani Gadis Muda Yang Sudah Bernafsu


Zein seorang ibu muda yang berumur 24 tahun dan sudah bersuami mempunyai anak berumur 1 tahun ditempatkan di kampung Lubuk pakam.Demi karirnya disebuah bank swasta pemerintah,ia terpaksa bolak-balik Padang-Lubuk Pakam tiap akhir pekan mengunjungi sang suami yang menjadi dosen pada sebuah Universitas dikota Padang.

Awal Zein mengenal Jono sejak Zein kost dirumah milik kakak perempuannya.Zein tidak begitu kenal dekat,Zein hanya menganggukan kepala saja saat bertemu dengan nya.diapun begitu juga kepada zein.jadi mereka belum pernah berkomunikasi langsung.Yah,sebagai adik pemilik rumah kost.zein harus bisa menempatkan diri seakrab mungkin.Apalagi sifatnya yang suka menyapa dan memberi senyum pada orang yang Zein kenal.Zein tahu diri sebab Zein adalah pendatang didaerah yang cukup jauh dari kota tempat Zein bermukim.


Begitu juga dengan latar belakang Jono,Zein tidak begitu tau.mulai dari status,usianya juga pekerjaannya.perkenalan mereka menjadi disaat Zein akan pulang ke Pakam.

Saat itu hari Kamis sore sekitar pukul 16.30.Zein tengah menunggu bus yang akan membawanya ke Pakam,Maklum didepan kostnya itu adalah jalan raya lintas.jadi bus umum yang dari medan sering lewati.Tak seperti baisanya meskipun jam telah menunjukan pukul 16.30 bus tak kunjung tiba .Zein jadi gelisah karena biasanya bus ke Pakam amatlah banyak,jika tidak mendapat yang langsung ke pakam,Zein transit dulu dan naik travel .lebih jelas nya klik disini

kegelisahan nya saat menunggu dilihat oleh pemilik kost.ia lalu memanggil Zein dan mengatakan bahwa adinya Jono juga berniat ke Pakam untuk membawa muatan yang akan dibongkar di Pakam.dengan sedikit basa basi Zein berusaha menolak tawaran nya.namun menginggat Zein haru spulang dan bertemu Suami dan anaknya,maka tawaran itu Zein terima.yah,lalu Zein langsung naik Truknya.

Selama perjalanan Zein berusaha untuk bersikap sopan dan akrab dengan lelaki yang adik pemilik kost.usia Jono sekitar 37 tahun.lalu mereka terlibat obrolan yang mulai akrab,saling bercerita mulai dari pekerjaan Zein juga pekerjaan Jono.

Zein juga bercerita tentang pekerjaan nya sebagai administrasi dan bagaimana suka duka nya didalam pekerjaan dia sehari-hari.

Selama perjalanan itu mereka semakin akrab,Zein sempat bertanya tentang keluarga Jono,ia tampak sedih,menurutnya sang istri minta cerai dengan membawa seta anak-anaknya.istrinya meminta cerai karena ada hasutan dari keluarga istri nya,bahwa seorang suoir suka menelantarkan keluarga.Padahal bagi Zein itu tidak terlalu penting,namun sebagai lawan bicara yang baik selama diperjalanan lebih baik mendengarkan saja.hingga akhirnya Zein sampai didekat rumahnya.

Zein dijemput suaminya diperempatan jalan pass itu,Zein sempat mengenalkan Jono pada suaminya dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya.tak lupa zein menawarkan singgah untuk makan dirumahnya tetapi Jono menolak nya dengan sopan

semenjak Zein mengenal Jono,Zein sering menumpang truknya ke Pakam.Zein jadi tidak kuatir lagi dengan bus umum yang sering dia tumpangi.sejauh itu keakrab nya Zein dan Jono masih batas hal wajar.Yah kadang disaat perjalanan perut sudah mulai lapar mereka sempat singgah untuk makan dan Zein berusaha untuk membayar.sebab sebagai wanita selalu ada perasaan tidak enak.dia melakukan itu karena tidak mau kebanyakan utang budi dengan Jono.

kejadian pulang kerumah nya dianggap Zein hal yang biasa.kadang dia tidak ke Pakam hanya ke medan dan Zein juga ikut menumpang.lalu dari Medan Zein mengunakan travel atau bus.Zein pun akhirnya telah mengganggap Jono seperti kakak sendiri.itu karena ia sering memberi petuah hidup.
misal nya harus banyak bersabar jika menjadi seorang istri,juga sikapku yang baik dimata ibu kost kakanya itu.terkadang juga sering bawakan oleh-oleh untuk ibu kost dari kampung.

selama Zein kenal Jono tidak pernah berkata yang menjurus yang kebagian dalam.tetapi dia tiba-tiba mengakatan yang diluar dugaan Zein.pernah juga menanyakan bagaimana Zein dan suami berhubungan intim.mungkin Jono berbuat sepetti itu karena hidup kesendirian yang dia alami saat ini.

Hingga sampailah Zein pulang dengannya untuk kesekian kali,ia berusaha memegang jemari tangannya,tentu Zein kaget dan cemas sekali gus takut

Kak,jangan kak.Zein sudah bersuami dan mempunyai anak,apakah kakak ingin buat Zein kecewa?
jika kakak masih seperti ini akan aku adukan kepada kakak mu.sesampai nya Zein didepan rumahnya hanya turun dan mengucapkan terima kasih.langsung Zein masuk kedalaam rumah nya.

Hampir selama sebulan ini Winda tidak melihat Johan di rumah kakaknya, namun truknya masih nongkrong di halaman samping rumah induk itu. Selama itu Zein pulang naik bis yang kadang transit Pakam. Zein tidak tahu kemana ia pergi, namun Zein menanyakan pada ibu kosnya, dan Zein di beri tahu bahwa Johan sedang mengunjungi mantan istrinya untuk menjenguk anaknya. Zein pun larut dengan rutinitasnya seperti biasa.

Namun hatinya yang tadinya kesal, dongkol dan marah kepada Jono tanpa sadari Zein perasaannya mulai berubah. Tiba - tiba saja Zein malah sangat ingin bertemu dan ingin numpang pulang dengan truknya. Ya, Zein seakan rindu berat.

Hari jumat sore itu dengan masih mengenakan pakaian kerja dan penutup kepala, Zeinpun mau saja diajak pulang bareng dengan Jono yang mengantarkan muatan truknya ke Pakam. Mereka berangkat jam setengah lima. Lalu dalam perjalanan lelaki berbadan tegap tersebut kembali bicara itu, tentangg hubungan laki-laki dan perempuan serta sifat perempuan yang memiliki libido tersembunyi. Juga kekuatannya berhubungan badan dengan lawan jenis. Zein malah mendengar dengan seksama dan sesekali memberi komentar. Mungkin saja karena lama tidak tersalur atau laki - laki itu punya kemampuan lebih dalam hubungan badan, juga mungkin bantuan obat pemanbah perkasaant pria, komentar Zein. Sepertinya wanita muda tersebut tidak peduli lagi akan omongan joroknya Jono.

Hingga senja. Sekitar jam 7 lewat mereka turun mampir di rumah makan di pinggiran jalan di Medan untuk beristirahat sejenak sambil mengisi perut. Anehnya saat itu Zein membiarkan saja saat tangannya di gandeng oleh Jono. Mereka makan dengan lahapnya. Dan setelah makan merek` berkemas dan berangkat untuk melanjutkan perjalanan menuju Pakam

Mobil mulai jalan meninggalkan rumah makan. Pas melalui daerah Medan daerah yang dulunya tempat pacuan kuda itu mungkin karena perut udah kenyang, dan dinginnya udara malam yang berembus dari celah kaca mobil, Zein jadi mengantuk. Zein menyandarkan kepalanya ke kaca jendela mobil, tetapi karena jalan yang tidak rata, kepala Zein sering terantuk. Lalu Jono menawarkan, supaya Zein tidak terantuk kaca agar Zein mendekat kearahnya, dan bersandar di bahunya.

”Zen...daripada kamu tidak bisa  tidur , lebih baik rebahkan kepalamu di bahu kakak” kata Jono.
”Ndak usahlah kak,,kan kakak sedang nyetir, nanti malah bikin kakak tidak bisa nyetir dengan baik.apalagi ini malam” kata Zein menolak dengan halus dan tidak mau mendekat padahal saat itu Zein telah ngantuk berat.

Dengan sebelah tangannya Jono meraih tangan wanita muda itu dan menariknya agar mendekat, dan makin mendekat hingga duduk mereka menjadi menempel bersisian dan hanya di batasi handel persneling mobil. Zein akhirnya menurut dan merebahkan kepalanya di bahunya lelaki tersebut. Zein terlelap sesaat. Padahal hati kecil Zein saat itu berbisik bahwa itu salah besar, dan Zein mengetahui itu amat sangat tidak boleh. Namun Zein juga merasakan dorongan yang jauh lebih besar untuk membiarkan itu terjadi.

Saat terpejam dan dalam keadaan setengah tertidur itu tanpa Zein menyadari, tiba - tiba sebuah kecupan menerpa pipi dan bibirnyanya. Zein  kaget dan langsung bereaksi. Langsung ia menolakkan muka Jono dengan tangannya. Jono pun menghentikan kecupannya meskipun tangan kirinya masih merangkul bahu Zein agar tetap rapat menempel pada dirinya. Zein berusaha melepaskan tangan Jono pada bahu kirinya dan mengingatkan agar ia konsentrasi ke jalan.

Kak sadar kak ini jalan raya bisa kecelakaan, mobil lain ” kata Zein mengingatkan. Jono pun menurut dan kembali berkosentrasi mengemudikan truknya..

Tak lama kemudian saat truknya berjalan perlahan karena macet di daerah menuju pakam, saat Zein yang masih merebahkan kepalanya pada bahu Jono, terkejut karena tiba – tiba saja karena bibir berkumis Jono menghampiri bibir tipisnya dan mengecupnya sekilas. Zein langsung terbangun dan duduk kembali menjauh dari bahunya. Perasaannya sangat dongkol tidak bisa berkata – kata apalagi berbuat kasar

Eh kak Jono ini tidak juga ngerti, aku mohon jangan di ulang lagi ini, dosa kak apa nanti kata org jika lihat kita saat itu tadi?”. Namun, Jono dia tetap santai-santai saja, seakan – akan Zein mengizinkan Jono berlaku demikian
habis kamu  bikin kakak gemas” jawabnya sambil meminta maaf.

Kembali wanita muda tersebut diam membisu selama perjalanan, tidak menggubris apapun yang Jono katakan.Kembali tangan kiri Jono meraih bahu Zein untuk mrengkuhnya agar kembali rebah pada bahunya. Selama perjalanan itu Jono tidak lagi menciumi Zein, hanya meremas remas jari lentiknya dan mengecupi kepalanya yang masih mengenakan penutup kepala. Rasa hangat dan nyaman menghampiri perasaan Zein saat itu.

Saat truk mereka memasuki wilayah jalan  pass yang gelap itu dekat simpang bandara yang baru sekarang ini, lelaki itu melambatkan laju truknya dan kembali menciumi dan melumat bibir wanita muda itu. Hanya saja herannya Zein malah membiarkannya saja. Jujur diakuinya ada desir – desir gairahnya yang mulai bangkit. Lalu Jono menghentikan truknya di tengah jalan dan kembali... menciumi, melumat bibir sebelah bawah milik Zein kembali dengan lebih bergairah. Tangan kanannya mulai naik meraba menemukan bukit padat yang membusung terbungkus di dada wanita muda tersebut . Meremasnya perlahan. Zein diam, matanya terpejam dan menikmati betapa gairahnya yang telah terbit kembali meluap. Dalam keasyikan mereka tersebut.

Tiba – tiba...
Ada cahaya dari lampu mobil dari arah berlawanan menyorot kepada mereka. Dan langsung Jono menghentikan aksinya, lalu kembali pada posisinya menjalankan mobil tersebut hingga rumah wanita muda tersebut. Sesampainya di rumah, Zein masih saja terbayang akan perlakuan Jono pada dirinya. Untunglah saat itu suaminya sedang berada di Jakarta dan takkan mengetahui perubahan sikapnya tersebut. Hingga pada waktu tidur pada malam itu Zein bermimpi melakukan hal yang sama hingga ia disetubuhi oleh Jono. Dalam mimpinya ia merasa amat puas, puas yang berbeda sekali saat ia melakukan dengan suaminya.

Kembali kini Zein ke Pasaman, dan bekerja seperti biasanya. Telah 3 minggu ini ia tak bertemu Jono. Kata kakaknya Jono sedang ada muatan ke Binjai. Zein sangat berharap untuk bertemu. Dirinya dilanda rindu yang sangat merajam perasaannya. Zein seolah – olah menjadi seorang remaja putri yang amat rindu pada kekasih saat itu. Membuat pikirannya hanya tertuju pada Jono seorang.

Beberapa minggu kemudian mereka bertemu dan kembali berangkat bersama saat Zein hendak pulang ke Pakam. Saat di perjalanan Jono minta Zein untuk melepas kacamata Zein. heran saja kenapa dia meminta  melepaskan kacamata?

"kakak ingin melihat mata kamu  tidak mengenakan kaca mata .” kata Jono. Zein pun menurut lantas melepas dan menyimpannya dalam kotak dan kemudian memasukan dalam tas miliknya. Sepanjang perjalanan itu Zein tidak mengenakan kacamata. Kembali tangan kiri Jono merengkuh bahu Zein, menariknya agar duduk berdekatan.

Dan kembali dalam perjalanan menuju Pakam Jono meminta Zein melepas penutup kepalanya

” Zein..kakak ingin melihat rambut Zein...selama ini kakak belum pernah lihat.sebentar aja Zein, kan hanya di atas truk ini, tidak ada yang akan lihat” katanya. dengan alasannya ia sudah sangat lama ingin melihat rambutku. jangan lah kak,Zein sudah berkeluarga,juga punya anak, jadi Zein ingin, jadi ibu dan istri yang baik, sebab jika Zein buka kerudung, nanti,kakak bisa berubah pikiran, Zein kuatir kakak”. Zein merasa keberatan, sebab merasa amat telanjang jika kerudungnya lepas.
” Ala.. Zein jangan takut ama kakak, kakak kan bukan orang jahat, apalagi kakak amat sayang pada Zein,meski kakak tau Zein sudah punya suami dan anak” kata Namun Jono menyakinkan. Zein bahwa ini hanya sebentar. Lalu Zein pun meluluskan permintaannya. Penutup kepalanya dilepas dan di taruh, di pangkuannya sendiri.

Tangan kiri Jono naik dan membelai rambut Zein, dari atas lalu turun ke tengkuknya yang di tumbuhi rambut halus.

kakak suka melihat rambut halus di tengkuk kamu ” ujar Jono.
”sangat wangi” lanjut lelaki tersebut seraya menarik leher wanita muda itu mendekat kearah wajahnya. Dan mencium tengkuk berbulu halus itu. Zein merasa geli dan merinding, sebab gairahnya mulai terpicu. Lalu ia merebahkan kepala Zein di bahunya di sepanjang jalan yang macet, pada penurunan Lembah Anai tersebut. Sesekali ia meraba pipi wanita muda tersebut
”Pipi kamu  halus dan bersih” tambah Jono. Zein diam saja.
”Biasalah laki – laki, suka menyanjung. Seperti biasa dilakukan suamiku sebelum menciumi aku” batin Zein.

Winda pun lalu berusaha memicingkan matanya. Namun saat laju mobilnya terhenti karena macet Jono mencoba menciumi pipi kirinya terus turun hingga menemukan bibir tipis yang tersaput merah dan mengecupnya sesaat. Zein berusaha mengatupkan bibirnya namun tangan kanan Jono berusaha masuk kedalam kaos panjang lengan putih bergaris pakaian atasnya itu melalui bawah kaos. Tangan lelaki itu menyentuh pembungkus dadanya yang membusung. Zein memejamkan matanya

”Uhhh...’desah wanita muda itu perlahan. Sehingga Zein tidak dapat berbuat apa apa selain hanya menikmati dan larut karena tangan kanannya saat itu masih memegang penutup kapalanya di pangkuan. Beberapa saat kemudian Jono menarik tangannya dan kembali melajukan truknya menuju arah Sicincin saat macet telah berakhir.

Saat di jalan Sicincin itu mobil saat itu berjalan perlahan karena macet, meski tangan kirinya di stir Jono dengan tangan kanannya merengkuh wajah Zein, dan tiba – tiba saja bibir wanita muda tersebut di lumatnya. Zein langsung saja terpana dan kaget, mukanya memerah. Namun Zein tidak bisa marah karena rasa nikmat yang mulai timbul .. Akhirnya Jono melepaskan bibir merah milik Zein. Namun tangan kiri Jono kini meremas jari lentiknya. Sehabis jari wanita muda itu di remasnya, tangannya mulai merayap masuk ke dalam melalui belahan atas kaos kaos panjang lengan yang bergaris putih yang saat itu ia kenakan berpadu dengan celana panjang. Zein sadar dan menahan laju tangan tersebut dengan tangan kirinya. Saat itu baru bagian perutnya yang tersentuh oleh tangan Jono. Terasa hangat dan kasar. Tangan Jono lalu keluar dan dia kembali asyik dengan stir.

Saat memasuki jalan by pass…
Jalanan gelap sekali hanya beberapa tempat saja yang di terangi lampu jalan, Jono menepi dan menghentikan truknya di pinggir jalan.

"kenapa berhenti bang?” tanya Zein bingung.
Jono diam saja tak menjawab, dan kembali merengkuh bahu wanita muda tersebut. Menariknya mendekat kearahnya. Dan diatas mitsubishi colt berwarna kuning tersebut bibir Zein kembali dikecupnya. Tidak saja di kecupnya, kuluman dan lumatan juga dilakukan Johan pada bibir lembut wanita cantik tersebut. Mengelitiki setiap ujung bibir tipis tersebut dengan tekun. Sedikit demi sedikit gairah dalam tubuh wanita muda tersebut bangkit. Winda membalas setiap lumatan bibir Jono, membuka mulutnya memberikan keleluasaan pada lidah Jono untuk menikmati kebasahan di dalamnya. Lidah mereka saling berpilin, membelit di dalam. Tangan kanan Jono merayap masuk kedalam kaos panjangnya melalui bagian bawahnya, bergerak naik keatas menemukan bukit membusung padat di sebelah kanan lalun meremas dan memijit bukit padat milik Zein tersebut dari luar bahan pembungkusnya. Wanita muda tersebut seolah tak mampu menolaknya.Zein berusaha melepaskan tangan Jono, namun keinginannya di kalahkan oleh hasratnya yang telah terpicu. Dirasakannya begitu hangat dan cekatan tangan lelaki itu mengirimkan berjuta-juta sengatan birahi disana. Tubuh indahnya mulai menggeliat – geliat dalam dekapan Jono di dera nikmat pada sekujur pori - porinya. Selang sekitar 25 menit kemudian Jono menghentikan perbuatannya.

”Jangan disini, daerahnya rawan sering terjadi perampasan” ujarnya kuatir kemudian.

Zein diam, membenahi pakaiannya mulai dari kaos dan penutup kepalanya, juga membenahi napasnya yang sempat memburu disertai gairahnya yang sempat meninggi. Lagi pula persimpangan arah ke rumahnya telah dekat. Mobil Mitsubishi kuning itu pun kembali bergerak. Zein terdiam selama perjalanan menuju persimpangan rumahnya. Ada penyesalan dalam dirinya saat itu bisa terlibat sejauh itu, namun seakan terhapuskan rasa yang timbul akibat perlakuan lelaki tersebut pada dirinya. Begitu sesampainya Zein di rumahnya sekitar pukul setengah sepuluh malam itu Zein langsung mandi. Ternyata suaminya masih berada di kampus.

Malam itu Zein sempat bersetubuh dengan suaminya Zein heran malam itu ia kurang bergairah seolah hanya terpaksa menjalankan kewajiban saja.

”sudah lama kita tidak berhubungan ” kata suaminya. Zein merasa berhutang pada suaminya karena memang dalam minggu ini mereka belum pernah berhubungan badan. Dengan enggan Zein pun menuruti keinginan suaminya. Di ranjang mereka malam itu ditengah kesibukan suaminya mengayuh biduk asmara mereka, tiba-tiba datang sekelebat bayangan berupa sosok Jono .Langsung gairah dan nafsunya mereda.Zein langsung kehilangan gairah di tengah pergumulan mereka, namun demi menjalankan tugasnya sebagai istri, maka Zein berpura-pura menikmati hubungan itu hingga selesai.

Aktifitas Zein kembali seperti biasa hingga ia kembali ke Medan, daerah tempat bekerjanya. Dan bekerja seperti biasanya.

Hari itu hari Selasa. Saat ia pulang ke kost-anya. Didapatinya rumah dalam keadaan kosong. Rupanya sang ibu kost beserta suaminya berangkat ke Palembang mengunjungi salah seorang anaknya di sana. Dan praktis hanya Zein yang berada di rumah itu. Jono dan juga tak kelihatan. Besoknya pada hari rabu Jono muncul namun tidak dengan truknya.

”truk sedang diperbaiki di bengkel ” ujarnya Jono menerangkan pada Zein saat menanyakan truknya. Malam itu Jono mengajak Zein.

”kamu udah makan Zein?”tanya Jono.
”Belum kak” sahut Zein.
”Ayo kita makan keluar, ada tempat makan yang bagus, daerahnya dingin dan sepi terang Jono mengajak wanita muda tersebut.
Boleh bang” sahut Zein.
"Tapi ga lama kan bang?” sambung Zein kembali.

Lalu Zein pun masuk ke kamarnya dan berganti pakaian. Mengenakan kaos panjang lengan berwarna merah muda dan jaket serta bawahan celana panjang berbahan katun hitam kemudian berangkat bersamanya. Kebetulan ada mobil kakaknya yang ditinggal. Sebuah toyota starlet berwarna merah. Mereka berangkat sekitar jam 7 malam itu. Tempat yang mereka tuju terletak agak jauh arah ke Medan tetapi masih di wilayah Lubuk  sekitar 1 jam perjalanan dari ibukota kabupaten tempat tinggalnya. Saat itu Jono mengenakan kaos oblongnya dan jeans biru

Mereka makan di sebuah warung makan yang terbuat dari anyaman bambu menyerupai saung yang dinding setinggi tertutup setinggi bahu orang dewasa. Mereka makan ikan bakar dan duduk secara lesehan. Zein berada pada sisi kanannya Jono. Memang tempatnya amat romantis, apalagi saung itu lampunya redup dan bunyi jangkrik, meningkahi suasana makan mereka. Mereka makan, berbincang, bercanda dan sesekali saling menyuapi. Setelah makan mereka duduk bersantai.

Mereka mulai saling berciuman, saling berpelukan erat. Zein terlena oleh suasana. Zein rebah di pangkuan pada paha kirinya Jono.

Zein memegang lengan Jono. Wajah mereka saling tatap dalam senyuman. Perlahan Jono membelai wajah wanita muda tersebut. Merabai kehalusan kulitnya. Wajahnya menunduk turun mendekati wajah Zein. Zein merasakan jantungnya berdegup kencang Jono mengecup kepala Zein yang masih tertutup, turun kekeningnya terus ke pipi yang licin dan bergerak naik menjumpai sepasang bibir lembut yang memerah. Di kecupnya perlahan. Zein memejamkan matanya saat bibir berkumis lelaki itu mulai melumat bibir tipisnya. Awalnya Zein hanya diam namun akhirnya Zein mulai menerima dan bereaksi dan ikut arus lumatannya. Ada hawa kuat yang menggiringnya untuk mengikuti alunan gairah yang diberikan Jono.

Lidah mereka telah saling belit dalam kebasahan mulut Zein. Sedangkan tangan kiri Jono telah mulai merayap. Awalnya mengelus leher bagian dalam terus turun masuknya lewat lobang krah ke arah dada dan masuk kebalik bra dan meremasputing bukit padatnya yang membulat dengan perlahan. Rabaan tangan kanan Jono merayap di sepanjang batang paha Zein mengelusnya bergantian paha kiri dan kanan tak terlewatkan meski kedua kaki Zein tetap rapat. Menurun pada bagian dalamnya dan mengelusnya dengan lembut. Lecutan gairah segera meletup dalam diri Zein. Napasnya mulai memburu, tersengal -sengal.

Kurang lebih 1 jam kemudian baru mereka pulang ke rumah. Saat di mobil kejadian itu terjadi lagi pada perjalanan pulang sekitar 5 menit. Mobil starlet merah itu sengaja di hentikan Jono. Didalam mobil itu masih di kursi depan Jono kembali meraba dengan tangan kirinya. wajah dan terus ke dada Zein yang saat itu masih terbungkus kaos panjangnya. Jono pun melumat bibir tipisnya. Zein hanya bisa diam meski lidah Jono dengan leluasa telah mengait – ngait lidahnya dalam mulutnya... agak lama.... sebelah tangan Jono lalu berusaha masuk kedalam celana panjang katun yang Zein kenakan, tangan kiri itu menyelinap masuk dan mulai menyentuh bagian kewanitaannya diluar pakaian dalamnya Zein seperti tersengat... geli. namun Zein menariknya kembali tangan tersebut beraksi beberapa saat.

”jangan kak Zein udah mempunyai suami dan anak” ujar Zein lirih.
”Zein malu...”tambah Zein mencoba menahan keinginan Jono saat itu disela –sela napsunya yang telah bangkit hampir membakar dirinya.

Jono pun menurut dan kembali menghidupkan mesin mobil berangkat menuju rumah. Dan begitu sampai mereka langsung masuk rumah. Zein masuk kerumah pavilunnya dan terus masuk ke dalam kamar. Sedangkan Jono pergi lagi, ada urusan katanya. Padahal saat itu Zein sudah sangat terangsang, batinnya menuntut pelepasan dan kalaupun dia datang menemuinya kembali untuk menuntaskan apa yang mereka telah mulai... Zein pun takkan kuasa menolak rasanya. Tetapi tampaknya Jono memang tengah berusaha memancingnya. Paginya Windapun kembali menjalankan aktifitasnya di kantor seperti biasanya

Malamnya, malam Jumat itu mereka kembali makan malam bersama diluar namun tidak di tempat kemaren malam itu. Dengan arah yang sama ke arah Medan, tapi berbelok kekanan. Suasana tempatnya seperti umumnya restoran, ada beberapa orang singgah untuk makan. Tempatnya juga tidak begitu ramai. Zein maklum Jono mengajaknya ke luar dari kota itu agar mereka tidak di pergoki oleh temannya ataupun teman sekantornya Zein. mereka hanya makan saja, kemesraan mereka tidak seperti kemaren malam. Malam ini mereka hanya saling berpegangan tangan saja. Dan setelah itu mereka langsung pulang

Malam Jumat itu Zein telah jatuh dalam pelukan dan takluk pada keperkasaan Jono di atas ranjang. Ya.., semalaman mereka berhubungan hingga pagi.

Pagi hari Jono bangun terlebih dahulu, meninggalkan Zein masih terlelap di ranjang yang telah acak-acakan tersebut. Saat Zein bangun ada sedikit rasa sesal di hatinya, selangkangannya terasa sedikit nyilu. Masih tertera dalam benaknya bagaimana perlakuan Jono pada setiap sudut tubuhnya, terutama saat – saat penetrasi yang dramatis. Pagi Jumat itu Zein mandi sebersih – bersihnya, berusaha agar jejak - jejak di tubuhnya hilang. Ya…, Zein kuatir jika jejak – jejak itu akan terlihat. Jejaknya mungkin bisa hilang, tapi nikmatnya tidak akan pernah hilang, juga sprei tempat tidurnya direndamnya juga..

Zein masuk kantor pagi Jumat itu seperti biasanya. Dari kantor Zein menelepon ke Pakam memberi tahu suaminya bahwa ia tidak bisa pulang, ada urusan kantor yang harus di bereskan, demikian alasannya. Zein berbohong, berusaha untuk mendapatkan tengat waktu yang cukup untuk menghilangkan jejak memerah di tubuhnya dan mencari penyelamatan diri dari perselingkuhan yang tidak dihendakinya itu

Di kantor seperti biasa, Zein menyelesaikan dengan baik seluruh pekerjaannya hingga sekitar jam setengah 5 sore Jumat itu. Segera ia pulang. Sesampai di rumah wanita berkulit putih itu langsung menuju kamar mandi, mencuci pakaian dan sprei yang telah ia rendam pagi itu. Dan setelahnya langsung mandi. Zein saat itu mengenakan kaos bertangan panjang, dan celana panjang santai berwarna hijau muda berikut penutup kepala seperti biasa, Terlihat segar dan cantik ia sore itu.

Kembali di dalam rumah paviliunnya itu Zein pergi ke dapur memasak untuk dirinya sendiri. Lalu membereskan kamarnya, merapikan semua yang dianggapnya tidak pada tempatnya.

Senja itu sekitar pukul 6 sore. Itu Jono datang. Tanpa bicara sepatahpun langsung ia menuju rumah induk dan terdengar mandi. Mengenakan kemeja panjang, sesaat kemudian Jono mendatangi wanita muda yang tengah duduk di ruang tamu pavilion kamarnya itu. Sambil berdiri di pintu ia bertanya pada Zein

“Zein , pulang ke Padang ‘gak)”?.
"mana bisa aku pulang..“, sambil berdiri di pintu paviliun Zein sewot menjawab.
“aku belum siap ke Pakam masih takut pada kesalahan yang terjadi malam kemaren” tambah wanita bertubuh sintal itu...
“di tubuh ini penuh jejak perbuatan kakak”
“apalagi jika suami Zein minta, jatah bisa kiamat” ujar wanita muda tersebut menerangkan.

Jono hanya tersenyum dan duduk di sebelah kanan Zein. Lalu ia berkata.

“kakak mau pergi ke Medan malam itu”.
“ untuk 3 hari” tambahnya. Kemudian dia meraih jemari nya  tersebut.
“kakak sangat menyayangi Zein” Zein diam saja, merasa percuma untuk menolak karena sudah tidak ada lagi yang perlu ia pertahankan, sebab hubungan yang tercipta diantara mereka sudah tak ada batas lagi sejak malam Jumat yang bergelora kemaren.

Jono berjalan menghampiri Zein yang duduk dengan tangan masih berada di pangkuannya, memandang mata memandang kedepan, menerawangnya. Mengajaknya agar duduk di sebelah kirinya. Lebih dekat pada sofa di ruangan itu. Kedua tangan Jono berada berada pada bahu kiri Zein, perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya, dan mulai mengecup. Bibir berkumisnya berlabuh pada kening wanita bertubuh sintal itu… Zein diam membiarkan saja, bibir berkumis tersebut meluncur turun di sepanjang pipi halusnya sambil tak henti mengecup pipi sebelah kiri tersebut, dari dahinya menuju dagu yang lancip, naik keatas menemukan kedua bibir lembut wanita muda dan langsung melumat

Beberapa saat Zein membiarkan dan menerima saja perlakuan Jono pada bibirnya itu. Lelaki gagah itu kini menjulurkan lidahnya, menyelusuri permukaan lembut bibir Zein mili demi mili, mendesak kedua bibir tersebut agar memberikan jalan, meyelusuri setiap permukaan gusi dengan lembut dan perlahan. Kedua bibir wanita muda tersebut membuka dengan perlahan, iapun terus mengulum rongga mulutnya beberapa saat hingga Zein tergerak membalasnya…, mulai menghisap.. dan kedua tangannya dengan nakal menjamah dada Zein yang saat itu masih berpakaian lengkap. Zein menengadahkan kepalanya menyambut dengan sukacita. Tubuhnya mulai bersandar ke bahu lelaki tersebut. Zein mengikuti saja... tindakannya tubuhnya mengeliat-geliat dalam geli yang memabukkan.

Lalu diapun melepaskan pagutan pada bibirnya. Jono berdiri melangkah ke arah pintu, menutupnya dan kembali kearah wanita muda tersebut. Ditariknya tangan kanan Zein untuk masuk kamarnya. Dalam cahaya lampu yang terang Zein tak sedikitpun berusaha menolak. Merebahkan Zein di ranjang biru muda dalam kamarnya, terlentang…, lalu melepaskan busana Zein termasuk pakaian dalamnya yang berwarna putih, juga pakaian yang dikenakannya termasuk pakaian dalam biru tuanya yang membungkus pertemuan pahanya. dengan cepat tergesa – gesa sekali.., melemparkan semuanya di lantai. Zein hanya memandang dengan nafas yang mulai tak teratur. Ada ketakutan dan keinginan kuat yang bercampur Zein tau Jono ingin melakukannya lagi seperti juga keinginannya juga. Masih terpatri kuat dalam benaknya kejadian malam sebelumnya yang sangat melenakannya.... Zein terlentang pasrah, tubuh Jono mulai menindih, dan kedua kaki wanita muda itu di bukanya. Zein yang tengah memeluk bahu lelaki itu, tak sadari saat ia telah memasukkan kejantanannya pada kewanitaan Winda. Hanya rasa nyilu terbit dari pertemuan pahanya, tubuhnya terlonjak kekiri dan kekanan. Lelaki itu bergerak perlahan, menghunjamkan pinggulnya pada pertemuan kedua paha Zein yang kedua kakinya terbuka lebar.., dengan tempo yang teratur. Pinggul wanita muda itu menyentak keatas, menyambutnya, menjemput hunjaman batang kokoh tersebut… hingga akhirnya Jono menghunjam dengan kuat, mendesakkan kejantanannya se dalam-dalamnya, menggeram…, dan mencapai klimaks. Melepaskan semuanya didalam tubuh wanita muda itu. Lalu tubuhnya jatuh masih diatas tubuh wanita berkulit putih tersebut... Padahal Zein belum apa - apa. Setelah ia sampai klimaks iapun berdiri mengenakan pakaiannya kembali, menjauh darinya masih dalam kamar tersebut.

“ kakak akan ke Medan jadi tadi itu adalah rasa yang ingin kakak sampaikan pada Winda”, ucap Jono.
“kakak minta maaf, kakak tau Zein belum apa- apa, lain kali kakak akan memuaskan kamu”, tambah lelaki berkulit gelap tersebut. Zein merasa aneh, Jono malah minta maaf karena persetubuhan itu hanya memuaskan satu pihak saja. Jono minta izin berangkat malam itu kira - kira jam 9 malam. Malam itu Zein tinggal sendiri di kamarnya, ada rasa kecewa karena Zein merasa hanya jadi sarana pelampiasan nafsu Jono saja.

Dan Sabtu itu Zein tetap di rumah saja, karena Jono ke Medan selama 3 hari. Merapikan rumah, dan membereskan pakaian untuk bekerjanya Senin nanti. Jam 10 pagi suaminya telpon. bahwa dia dan anaknya akan keBinjai hari Sabtu itu sekalian singgah di tempatnya. Suaminya datang sekitar jam 3 sore dengan mobil mereka di tempatnya bersama anaknya berikut mertua Zein. Seharian itu Zein asyik dengan anak dan suaminya... jalan - jalan di daerah itu. Tak sedikitpun ada kesempatan atau waktu bagi wanita muda tersebut dan suaminya untuk dapat sedikit bermesraan dan berhubungan layaknya suami istri. Minggu sore sekitar jam jam 5 sore suaminya pulang ke Pakam. Zein pun kembali larut dengan rutinitasnya..





Melayani Gadis Muda Yang Sudah Bernafsu Melayani Gadis Muda Yang Sudah Bernafsu Reviewed by quien on December 10, 2017 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.