MELAKUKAN ORAL SEKS DIDALAM HUTAN YANG DINGIN
MELAKUKAN ORAL SEKS DIDALAM HUTAN YANG DINGIN
Dari kantor ingin mengadakan rapat disebuah tempat yang dimana bisa sambil bersantai dan dari kantor memutuskan untuk mengadakan rapat didaerah Jurangmangu,untuk menuju kesana perusahaan menyediakan sarana tranportasi berupa bus full AC, full musik, namun banyak diantara para peserta yang membawa kendaraan pribadi, termasuk saya. Tujuan adalah dengan membawa mobil pribadi maka mobilitasnya lebih tinggi.
Sebagai panitia, saya datang lebih awal untuk menyiapkan segala keperluan Raker serta mengurus akomodasi bagi para peserta. Sengaja saya memilih kamar yang agak mojok, dan hanya single bed. Karena hari Jum’at para peserta diharapkan sudah check in sebelum Jum’atan, sedang Raker-nya sendiri baru akan dimulai setelah Jum’atan.
Rombongan bus telah datang, nampak Sisil dengan pakaian kantor yang cukup serasi kelihatan lebih seksi dan cantik daripada waktu dulu pertama ketemu. Payudaranya nampak lebih montok dan menantang. Hatiku jadi berdebar juga, dag dig dug rasanya. Membayangkan seandainya punya kesempatan untuk ML dengan Sisil.
“Siang Sil” sapaku sambil mengulurkan tangan ketika Sisil memasuki lobby.
“Oh.., siang Om” jawabnya agak terkejut.
“Om disini, sudah lama ya” lanjutnya.
“Ya.., cukup lama juga, kan aku ikut panitia, jadinya datang lebih awal” jawabku agak sombong.
Setelah mendaftar ulang, kuberi tahu nomor kamar Sisil ada beseberangan dengan kamarku. Kebetulan pula bahwa peserta wanitanya ganjil, sehingga satu kamar yang mestinya untuk 2 orang, maka kamar untuk Sisil hanya satu orang saja. Ini memang sudah kuatur agar aku dapat mengulang berkencan dengan Sisil lagi.
Waktu menunjukkan pukul 11.45. Semua peserta yang akan ber-Jum’atan sudah meninggalkan penginapan menuju tempat ibadah. Hanya beberapa peserta yang tidak Jum’atan, termasuk aku dan Sisil.
“Tok, tok, tok”, kuketuk pintu kamar Sisil.
“Masuk, nggak dikunci kok” terdengar jawaban dari dalam.
Aku perlahan-lahan membuka pintu dan ternyata Sisil sedang santai saja menata barang bawaannya. Sisil sudah melepas blazernya dan hanya memakai atasan you can see serta nampak kalau tak memakai bra.
“Sil, aku kangen padamu lho” kataku.
“Ngrayu nih ye, siang saja sudah merayu, gimana entar malam ya?” Sisil menggodaku.
“Kalau malam ya nggak perlu ngerayu, kamu kan udah tanggap sendiri, iya kan?”
“Idiih.., Om kok semakin nakal kelihatannya” lanjutnya.
“Habis.., susu kamu itu lho, yang bikin aku..” kataku lagi.
“Udahlah Om, kalau hanya itu ambil sendiri aja, tapi jangan lama-lama lho” katanya lagi.
Jam di dinding kamar menunjukkan puul 12.00, berarti ada waktu kurang lebih 45 menit untuk berkencan dengan Sisil siang itu. Ini waktu yang lumayan lama untuk satu permainan panas. Tanpa banyak cakap lagi mulai kukecup keningnya, lalu kucium matanya, hidungnya, pipinya, dan mulutnya. Sisil membalas dengan semangat pula. Makin lama makin intensif aku meraba-raba seluruh tubuhnya, meremas-remas susunya, dan Sisil kelihatan semakin menikmati permainan ini.
Akhirnya mulai kulepas pakaian atasnya sehingga tampak dua bukit kembar yang montok menantang. Segera kuemut-emut kedua bukit itu, kupermainkan lidahku di putingnya, kugigit-gigit, dan kutarik-tarik dengan gigiku, nampak Sisil merintih-rintih menahan rasa antara sakit dan enak.
“Oh.. Om.. oh.. ” desahnya pelan.
“Oh.. Sil, kau semakin cantik dan menggairahkan” rayuku pula.
“Oh.. Om, terus-terusin Om.., Om.. teruus”
Kami berdua saling berpelukan, saling berciuman, melumat bibir, saling meremas, entah berapa lama. Permainan terus berlanjut, Sisil pun segera mengarahkan tangannya ke daerah selangkanganku, mengelus dari luar celanaku. Tahu bahwa “Adik”Ku telah bangun, Sisil pun segera melepaskan sabuk dan selanjutnya memelorotkan celanaku. Segera dikeluarkannya batang kemaluanku yang telah tegak dan selanjutnya Sisil mengemot-emot, memainkan lidahnya dikepala kemaluanku dengan semangat. Hal ini untuk sementara membuatku lupa dengan istri dirumah yang setia menungguku.
“Oh.. Sil, teruuss.. enak Sil, teruuss.. aku akan keluar Sil!”
Dan crot, crot, crot.., muncratlah spermaku dalam mulutnya dan sebagian lagi mengenai wajahnya yang cantik. Aku hanya memejamkan mata keenakan.
“Enak Om?” tanyanya.
Aku hanya mengangguk, mulutku rasanya sulit berkata.
“Aku bersihkan ya Om” dan tanpa berkata lagi Sil mengulum-ulum batang kemaluanku, menjilat-jilat membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel sampai bersih,
“Ouch.. ouch.., Sil” aku mendesah keenakan.
Setelah merapikan pakaian aku segera meninggalkan kamar Sisil dan menuju kamarku. Kami telah dua kali melakukan oral seks namun tidak berlanjut dengan ML. Dan keinginan untuk meniduri cewek itu tetap terpatri dalam benakku.
Dua hari sudah (lebih tepat hanya satu setengah hari) para peserta Raker berdiskusi, membahas berbagai macam persoalan yang ada serta menyusun strategi untuk tahun mendatang. Untuk melepas lelah pada hari Minggunya para peserta diberi kesempatan untuk rekrasi atau belanja oleh-oleh khas Jurangmangu. Aku dan Sisil pun juga turut jalan bersama teman-teman lain. Sampai di pasar para peserta Raker pun menyebar mencari apa yang dibutuhkan. Aku dan Sisil pun berjalan berdua untuk belanja.
“Sil, belanjanya nanti saja, ya!” kataku.
“Kenapa Om?” Sisil pun bertanya.
“Kita naik ke Hutan Wisata dulu yuk!” aku mengajaknya.
“Dimana Om lokasinya?” Sisil bertanya lagi.
“Kesana itu lho, dari sini menuju golongan Sewu, selanjutnya terus kita naik, disana ada pemandangan yang sangat indah, kita bisa naik ke menara pengawas” lanjutku lagi.
“Tapi ada syaratnya lho Om” Sisil pun berkata lagi.
“Apa syaratnya?” aku balik bertanya.
“Nanti kalau aku kedinginan, Om tanggungjawab lho!” pintanya.
“Oke, kalau itu syaratnya, saya akan cari korek api dulu” sahutku.
“Untuk apa Om?
“Ya untuk menghangatkan, kalau kamu kedinginan” jawabku.
“Om mulai nakal ya!”
Belum sampai lepas cubitannya, tangannya kupegang, dan kugandeng melanjutkan perjalanan.
Kami berdua kadang bergandeng tangan dan tidak berjalan menyelusuri jalan setapak menuju hutan wisata di atas golongan sewu. Setelah sampai di menara pengawas, aku mengajak Sisil naik ke puncak menara melalui tangga yang cukup tinggi.
Walaupun hari itu Hari Minggu, namun kelihatannya tidak banyak pengunjung yang sampai ke hutan wisata, sehingga suasana cukup sepi. Hanya terlihat beberapa pasang muda-mudi yang agak jauh dari lokasi kami berada. Terlebih lagi pada saat itu mulai turun hujan rintik-rintik. Untuk waktu itu kami sudah ada di puncak menara, sehingga tidak kehujanan. Dari puncak menara ini kami bisa menikmati pemandangan sekitar hutan. Disamping tidak kehujanan, juga kecil kemungkinannya bertemu dengan binatang buas maupun yang lain. Yang kami sangat senang pada waktu itu belum ada yang naik ke menara, sehingga kami hanya bedua saja di menara pengawas itu.
“Gimana Sil, indah kan?” aku mulai membuka pembicaraan.
“Iya, sungguh indah, menakjubkan sekali pemandangan alam dari sini ya Om” sahutnya.
“Iya, sungguh indah terlebih ada kamu disini, hal Ini mengingatkan aku waktu pacaran dulu, di sini di tempat ini juga aku melakukan kissing, necking, dan etting untuk pertama kali” sambungku pula.
“Hayo Om mulai nakal ya, kalu sekarang ada aku apa Om mau melakukan hal yang sama?” Sil bertanya.
“Siapa takut!” sahutku.
Aku segera memegang kedua tangan Sil, lalu mendekapnya, selanjutnya kesentuh dengan jari bibirnya yang mungil.
“Aku ingin mengulangnya, Sil? Mau kan kamu?” bisikku di telinganya.
Sil pun menganggukkan kepalanya.
Aku segera mengecup keningnya, kemudian mencium bibirnya, serta sekitar leher. Cukup lama kami berciuman. Kuremas-remas kedua payudaranya yang mulai menegang. Selanjutnya kutanggalkan jaketnya, terlihatlah pemandangan yang indah karena Sisil ternyata hanya memakai kaos singlet, sehingga kedua bukitnya sedikit mulai, kuning langsat, bersih, sangat menggairahkan.
Aku sebenarnya tahu umurnya, karena waktu mendaftar kulihat biodatanya. Umurnya 25 tahun, belum kawin. Mungkin Sisil sengaja bertanya atau memang tidak memperhatikan ketika pendaftaran ulang kulihat biodatanya. Aku justru bertanya-tanya dalam hati. Ah, persetan dengan itu.
“Dua puluh lima!” jawabku mantap.
“Kok Om tahu, hayo dari mana? Kalau ketahuan curang, nanti akan kutuntut!”
“Lho katanya suruh menebak, ya aku tebak saja, betulkan jawabanku, mana bonusnya?”
“Bonusnya terserah Om, pilih mana bagian tubuhku!”
“Oke, aku minta ini, tapi nanti malam” jawabku sambil memegang selangkangannya.
“Nanti malam Om?” tanya Sisil bengong.
“Terus gimana, nanti sore kan sudah selesai acaranya dan rombongan bus akan pulang?”
“Begini aja, kamu telpon do’i, malam ini tidak pulang, karena menyelesaikan tugas merangkum hasil-hasil Raker, dan jangan kuatir aku bawa mobil sendiri kok, besok saya antar, oke!” kataku.
“Oke deh, sudah terlanjur kalah taruhan sama Om” lanjutnya.
“Oh.. Om.. jangan kuat-kuat gigitnya, sakit, Ouh.. trus Om.. teruuss Om”
Sisil mulai merengek-rengek. Kuremas, kukecup, kuemut dan terus kuemut bagai bayi yang kehausan dan menetek ibunya. Untuk beberapa lama kegiatan ini kulakukan. Selanjutnya aku berdiri, bersandar pada salah satu tiang penyangga dan Sisil pun jongkok di depanku terus melepas sabukku, melepas kancing celanaku, segera memelorotkan celanaku. Batang kemaluanku sudah berdiri menantang bagai tongkat komando. Sisil pun tanpa banyak bicara segera mengocok-ngocok dan mengemut-emut batang kontolku. Menjilat-jilat mulai dari kedua buah peler sampai pucuk kontol. Mengemut-emut lagi dan lagi.
“Oh.. Sil, teruuss..” aku meronta-ronta geli keenakan.
Segera kujambak rambutnya dan kumaju-mundurkan kepalanya.
“Oh.. Sil teruuss.. aku akan keluar Sil”
Dan crot, crot, crot.., muncratlah spermaku dalam mulutnya lagi.
“Enak Om?” tanyanya.
Aku hanya mengangguk. Kali ini aku bercumbu di tengah hutan, di atas menara, didiringi rintik hujan yang sudah mulai mereda.Hari semakin siang, hujan suah reda, beberapa pasang muda-mudi mulai berdatangan di hutan wisata dan sekitar menara. Aku dan Sisil segera membetulkan dan merapikan pakaian masing-masing dan segera turun kembali ke penginapan. Sepanjang perjalanan menuju penginapan Sisil kugandeng, kadang kupeluk dengan mesra. Sampai di penginapan hampir semua peserta telah berkemas-kemas bahkan ada yang sudah meninggalkan penginapan menuju rumah masing-masing.
Aku boleh merasa gembira, karena akan dapat bonus dari Sisil. Aku segera bergegas menuju kantor penginapan, menginformasikan kepada penjaga bahwa aku dan seorang peserta lagi pulangnya besok siang. Pemilik penginapan pun mengijinkan aku tetap bermalam di penginapannya sampai esok hari. Bahkan masih disediakan makan malam dan sarapan pagi.
Udara sore itu cukup dingin, aku tidak berani mandi, karena pemanas air di penginapan rusak. Aku hanya membasuh muka, tangan dan kaki saja. Sisil pun demikian juga. Jam ditanganku menunjukkan pukul 19.00. Jatah makan malam yang biasanya di restoran kali ini kuminta pada petugas untuk diantar ke kamar saja, karena akan kumakan setelah berita TV jam 21.00, sebab sore ini aku telah makan bakso di seberang jalan.
“Sil, mana bonusnya?” tanyaku membuka percakapan.
“Nih, ambil sendiri!” perintahnya.
Aku segera memeluknya, menciumnya, dan mulai melepaskan pakaiannya satu bersatu. Kini Sisil telah telanjang bulat. memeknya kelihatan kayak apem, bulat, empuk. Payudaranya yang cukup besar, kenyal segera kuemut-emut, kesedot-sedot. Sisil pun mulai mengerang-erang. Kuhitung cupang yang ada disekitar payudaranya, ternyata baru 24.
“Sil, cupangannya baru 24, belum genap 25 lho” kataku.
“Mau genepin atau tidak terserah Om” katanya pula.
“Nih. tak tambahi satu tempat lagi, biar genap 25” kataku.
Segera kecupannya kuarahan ke memeknya. Kukecup-kecup memeknya, kusedot-sedot lubang kewanitaanya. Sisil pun menjerit-kerit dan tak lama kemudian mengalir lendir dari vaginanya. Sisil telah orgasme. Selanjutnya kupermainkan lidahku dibibir vaginanya, menjilat-jilat klitorisnya dan lidahku terus mengobok-obok vaginanya.
Aku mengambil napas sebentar. Kutinggalkan dia yang telanjang bulat ditempat tidurku.
“Mau kemana Om?” tanyanya.
“Mau minum dulu, kulihat tadi kamu beli minuman suplemen?” aku balik bertanya.
“Oh, iya, tuh ambil di tas kresek hitam!” perintahnya”jangan lama-lama lho Om, dingin nih” katanya lagi.
Aku segera mengambil sebotol dan meminum habis. Aku mulai menanggalkan pakaianku. Kini aku dan Sisil telah sama-sama telanjang. Segera kudekati Dia dari arah kepala kucium mulai keningnya, matanya, bibirnya, susunya, terus turun ke pusar dan akhirnya tepat di vaginanya kuobok-obok lagi dengan lidahku. Sisil pun segera menangkap kontolku yang sudah tegang di atas mulutnya. Lidahku kumainkan di lubang kewanitaanya, Sisil pun mengerang-erang namun kurang jelas katanya karena kini sudah tersumbat oleh batang kontolku. Aku terus menjilat-jilat bibir vaginanya, dan kontolku pun dikemot-kemot, disedot-sedot.
“Ouh Sil.. Oh.. Sil, terus Sil, teruuss.. aku akan keluar Sil”
Dan tumpahlah spermaku dalam mulutnya untuk kesekian kalinya dan semua cairannya ditelan habis.
Setelah istirahat dan minum suplemen, tak berapa lama aku segera berbalik dan melanjutkan mengambil bonus. Perlahan-lahan kubuka pahanya yang putih mulus dengan selangkangan yang sangat menantang. Perlahan-lahan kumasukkan batang kontolku ke liang senggamanya. Sedikit demi sedikit masuklah kumasukkan batang kontolku dan akhir semua batang kontolku masuk ke dalam memeknya. Kuangkat sedikit lalu kusodokkan lagi, terus dan terus. Kuremas-remas susunya, kuremas semakin lama semakin cepat.
“Om, perih om, berhenti dulu Om” rintihnya.
Namun aku tak mempedulikannya. Kuremas-remas susunya, kuremas semakin lama semakin cepat.
Segera kugenjot lagi kontolku dalam vaginanya, terus dan terus..
“Ouh.. Ouh.. Omm.. Omm.. terus, teruss Om.. aku akan keluar lagi Om..”
“Ouh Sil.. Oh.. Sil, aku juga akan keluar Sil, kita bareng-bareng Wuk”.
Akhirnya aku dan Sisil mncapai puncak bersama-sama.
Malam itu kami bermain sepuas-puasnya, dengan berbagai gaya dan posisi. Kemudian kami tidur dengan satu selimut tebal masih dalam keadaan telanjang bulat sampai pagi, lupa makan malamnya. Setelah kami berdua mandi dan sarapan pagi, segera berkemas meninggalkan penginapan. Tak lupa kuberi tips pada petugas jaga pagi itu. Kemudian kami menuju mobil dan segera melesat kembali ke kota. Aku antar dulu Sisil ke terminal bus. Sesampai di terminal bus, kami segera berpisah. Kujabattangannya dengan erat.
“Terimakasih ya Sil atas bonusnya” kataku.
“Terimakasih kembali, Om, sampai jumpa di lain kesempatan” katanya sambil melambaikan tangannya.
MELAKUKAN ORAL SEKS DIDALAM HUTAN YANG DINGIN
Reviewed by quien
on
September 29, 2017
Rating:
No comments: