Bermain Dengan Kedua Suami Pujaan
Bermain Dengan Kedua Suami Pujaan
selama ini aku sangat bahagia,karena aku mempunyai dua seorang suami yang cukup memuasi diriku.tetapi ditengah kebahagia an kami ada rasa gelisah yang menghampiri ku.karena aku juga harus melayani seorang tamu dari jepang sedang berlibur diindonesia.aku sangat binggung jika tamu dari jepang datang bagaimana dengan kedua suami ku,
siapa yang akan melayani mereka disaat aku sedang melayani tamu.
tetapi Mas Ali karena tiap hari ada disisiku, aku tidak merasa begitu terbebani dengan perasaan bersalah. Sebenarnya dua-duanya cukup sabar dan mengerti keadaanku, bahkan Mas Ali dengan sukarela mengalah untuk memberikan kesempatan pada Riki memuaskan dirinya”menyetubuhi” diriku bila Riki hendak pergi agak lama, sebaliknya demikian juga kalau Mas Ali hendak dinas luar. Ada keinginanku untuk mencarikan pengganti peranku sebagai isteri bagi mereka berdua saat-saat tamu”jepang” itu datang. Keinginan itu begitu besarnya menekan jiwaku karena didorong rasa sayangku pada keduanya.
Setelah menimbang baik-buruk dan untung rugi, jalan untuk mewujudkan keinginanku itu akhirnya ada juga. Secara kebetulan aku sedang mengikuti arisan ibu-ibu yang rutin dilakukan setiap bulan di kantor suamiku. Biasanya sebagai isteri bos aku agak menjaga jarak dengan ibu-ibu yang lain, tapi entah setelah kehadiran Riki aku jadi lebih PD dan dekat sama mereka. Salah satu ibu yang ikut arisan rutin itu adalah isteri seorang manajer menengah, kami memamggilnya Bu Alang(nama samaran suami). Wanita keturunan Manado dengan Madura kulitnya tidak terlalu putih seperti wanita Manado pada umumnya tapi malah mendekati mulato tapi nampak bersih dan kemel, tingginya kira-kira 165 cm, dan bodynya lumayan ramping meskipun sudah punya anak 2 orang. Yang istimewa sebenarnya bentuk perutnya yang rata terutama bagian bawah pusar tidak seperti wanita yang sudah punya anak saja dan umurnya baru 30 tahunan. Dia termasuk tidak cantik tapi ayu dadanya cukup besar bila dilihat dari luar bahkan lebih besar dari ukuran saya.
“Mbak Ayu sekarang tambah seger lho.?” bisiknya suatu ketika ditengah acara arisan yang riuh oleh suara ibu-ibu.
“Ah jeng Ita (samaran) ini bisa aja, Mbak dari dulu kan begini-begini aja to.” jawabku meskipun ada rasa GR juga dalam hati.
“Benar lho Mbak, Mas Juju aja sering komentar kalau dikantor ini Mbak termasuk orang yang masih semlohai (semok molek aduhai) meskipun telah berumur” terusnya.
“Itukan bisa-bisanya Dik Juju” jawabku sekenanya.
“Tapi benar lho Mbak, apa sih resepnya? Mbak aku dikasih tahu jamunya” bisiknya meminta.
“Aa.. H jeng Ita ada-ada saja, nanti kalau Mbak kasih tahu juga percuma wong nggak bisa ditularkan” jawabku sambil tertawa.
“Yang benar Mbak..? Apa sih Mbak aku kok penasaran” ubernya.
“Benar mau tahu..?”
“Ya.!”
“Minum Air liur burung” bisikku sambil mendekat ke telinganya.
“Burung apa Mbak” kejarnya penasaran.
“Burung.. Burungnya Mas Ali” bisikku kubuat serius.
“AH! Mbak guyon!”
“Betul jeng, ini betul lho jeng” jawabku.
“Itukan biasa Mbak”
“Biasa gimana, kalau sekedar ML terus selesai ya biasa jeng tapi ada caranya” jelasku.
“Jeng Ita ML dengan Dik Juju berapa kali seminggu?” lanjutku.
“Paling sekali ya kadang dua kali Mbak” jawabnya.
“Kalau ML apa saja yang jeng Ita lakukan?” tanyaku lagi.
“Ya biasa Mbak bercumbu terus gitulah..! Terus selesai ya sudah begitu aja” jawabnya.
“Lho ya sudah gimana to jeng, mestinya kan ada pemanasan, permainan terus pendinginan dan apakah jeng Ita selalu dapat mencapai puncak?”
“Itulah Mbak masalahnya, saya sering ditinggal menggantung” jawabnya sambil menerawang.
“Terus”
“Ya kalau sudah begitu paling saya yang uring-uringan dan biasanya cuma bisa melampiaskan ke pekerjaan rumah Mbak” terusnya.
“Nah itulah jeng bedanya, Mbak dengan Mas Ali selalu puncak bahkan berkali-kali lho” jawabku.
Kulihat wajahnya nampak takjub dan kelihatan rasa ingin taunya yang terpancar dari matanya.
“Jeng ML itu kalau dilakukan dengan benar dan senang hati bisa membuat kita awet muda, karena kerja hormon-hormon dalam tubuh kita jadi optimal” lanjutku menjelaskan bak seaorang dokter.
“Oooh itu to Mbak rahasianya..!” celetuknya.
“Makanya saya bilang, meskipun Mbak kasih tahu kan jeng Ita belum tentu bisa.. Bahkan..” jelasku sengaja memancing reaksinya.
“Bahkan apa Mbak.?” Tanyanya nggak sabar.
“Bahkan kalau jeng Ita Mbak suruh belajar sama Mas Ali juga belum tentu mau” lanjutku sambil berbisik.
“Ahh Mbak” jawabnya sambil mencubit lenganku.
Cerita kami berakhir dengan berakhirnya acara arisan, sebelum pergi Ita sempat berbisik sewaktu-waktu mau konsultasi kujawab ya kapan saja. Bahkan kubisiki nanti belajar langsung aja ama Mas Ali.
Seminggu setelah itu ketika itu jam 19.00 malam, Riki baru datang dari Jakarta sedang aku lagi ada tamu jepang jadi aku bermaksud memberi Doublejob Riki sedang Mas Ali masih malas-malasan didekat kami berdua, tiba-tiba telepon berdering, karena aku dan Riki sudah hampir telanjang maka Mas Ali yang mengangkat telepon.
“Halo selamat malam” salam Mas Ali, aku nggak tahu apa jawaban disebelah sana, tapi,
“Ya benar, mau bicara dengan Mbak Ayu..? Sebentar ya, dari siapa? Ita! Oh jeng Ita, Ita Juju?” tanya Mas Ali, mendengar itu aku bangkit, Riki terpaksa melepaskan dekapannya padaku. Sebenarnya skenario ini aku yang buat, karena aku ingin Ita dapat main kerumah sehingga kuminta Mas Ali menugaskan Juju keluar kota untuk supervisi selama 3 hari.
“Halo jeng Ita kok tumben nelpon malam-malam” sapaku memulai percakapan.
Kami ngomong panjang lebar sampai akhirnya menyinggung pembicaraan kami di arisan dulu. Kuulangi tawaranku untuk belajar pemanasan dengan Mas Ali, atau melihat saja kami yang mempraktekkannya berdua. Ita penasaran masa aku dan Mas Ali mau bercinta dilihat orang lain, kujawab bahwa aku hanya bisa kalau orangnya itu Ita, lain tidak lagian cuma sebatas cara-cara pemanasan. Ita rupanya mulai panas akhirnya kuulangi lagi tawaranku dan jawabannya.
“Iya Mbak BT nih anak-anak sudah pada tidur, Mas Juju dinas luar” jawabnya.
“Ya sudah to main aja ke rumah, kami semua sedang nggak ada kegiatan kok lagian masih sore” jawabku.
“Tapi Mbak,”
“Apa?”
“Aku malu sama Mas Ali, ..” jawabnya.
“Nggak pa-pa kami cuma berdua kok, jangan kuatir nanti pulangnya kami antar” jawabku.
“Baiklah Mbak tapi janji lho.. nggak usah dipraktekin sama aku..” pintanya mengakhiri pembicaraan.
Setelah itu kami tutup pembicaraan, rumah Ita kira-kira 15 menit dengan naik kendaraan. Kuminta Riki bersabar dan sembunyi di kamar sementara aku dan Mas Ali yang akan menerima Ita. Rencana ini pernah kuutarakan sebelumnya sama suami-suamiku. Kira-kira 25 menit kami menunggu ada orang memencet bel pintu pagar, Mas Ali yang saat itu cuma pakai piyama tanpa dalaman yang membukakan pintu.
“Malam Mbak,” sapa Ita begitu masuk pintu rumah diiringi Mas Ali.
Ita pakai baju agak ketat sehingga dadanya yang membusung kelihatan samar tapi saya yakin laki-laki manapun akan penasaran ingin tahu isinya, apalagi dengan kancing depan dan belahan dada yang agak kebawah sedang bawahan ia pakai celana jean tampak seksi sekali bokongnya.
“Malam, wah.. Jeng Ita nggak nyagka lho kalau bisa main kerumah nggak kesasarkan?” tanyaku.
Setelah menyilahkan Ita duduk kami ngobrol ngalor-ngidul sampai juga akhirnya menyinggung masalah ranjang, Mas Ali dapat melihat air muka Ita yang jengah tahu kalau ia juga mulai terpancing birahinya. Karena omongan kami yang merangsang saraf telinga Ita dan kami tetap tidak mengatakannya secara vulgar, tanpa terasa jam menunjukkan angka 9 malam, Ita gelisah.
“Mbak sudah malam nih Ita mau mohon pamit” pintanya tapi matanya nampak sayu.
“Jangan dulu katanya pingin belajar rahasianya Mbak” jawabku sambil memandang Mas Ali penuh arti.
“Ah Mbak.. Malu ah sama Mas Ali”
Aku mendekati Mas Ali dan kucium dia dibibirnya denga mesra dan lembut.
“Nggak pa-pa kan Mas?” pintaku Mas Ali menganggangguk sambil memelukku, kami berciuman, dan saling raba di depan Ita, sementara Ita kulihat merah padam mukanya melihat adegan kami, meskipun demikian aku melakukannya dengan halus dan hati-hati sekali.
“Beginilah kami melakukannya jeng,” kataku menjelaskan seperti dosen aja.
“Ah.. Mbak, Ita jadi bingung nih.., Ita pulang aja ya Mbak” pintanya tapi nggak beranjak.
“Ayolah.. nggak pa-pa” kami berpelukan mendekati Ita yang mulai kayak cacing kepanasan. Mas Ali tahu keadaan segera mendekat sehingga duduk berdampingan di sofa panjang yang diduduki Ita, terus dipegangnya kedua tangan Ita, Ita menunduk malu-malu.
“Mbak.. Tapi cu ma se ba.. tas cara pemanasan aja lho Mbak” pintanya sambil memandangku.
“Ya, Mas cuma akan memperlihatkan cara pemanasan saja sama jeng Ita” jawab Mas Ali sabar.
Perlahan disentuhnya dagu Ita dipandangnya matanya dalam-dalam penuh perasaan, mendapat perlakuan seperti itu dari Mas Ali. Ita memejamkan mata, perlahan Mas Ali mencium bibirnya tanpa melumatnya. Ahh! Ita mendesah, diulanginya ciuaman itu oleh Mas Ali dengan menempelkan bibirnya agak lama, Meta mulai bereaksi dengan mengulum bibir Mas Ali. dan Mas Ali mulai meningkatkan aksinya, tangannya berpindah ke bawah ketiak Ita dan menarik badan Ita kepelukannya. Semua ini dilakukan di sofa ruang tamu, sambil duduk bedempetan.
Mas Ali mulai meraba dada Ita yang membusung, dan Ita mulai mendesah-desah mereka masih berciuman saling lumat dan saling hisap (urusan bersilat lidah memang Mas Ali sangat lihai). Setelah hampir sepuluh menit mereka saling raba Mas Ali meningkatkan aksinya dari meraba bagian luar terus melepas kancing atas baju Ita jari-jari tangannya mulai menyisir pinggiran BHnya menuju ketengah. Ita melenguh seperti sapi disembelih begitu tangan Mas Ali mancapai putingnya dan menjepinya dengan dua jari. Sementara itu mulut Mas Ali mulai merambat ke bawah ke arah belahan dadanya yang sekal.
Tanpa disadari Ita tangan kanan Mas Ali telah menyelinap ke punggung Ita dan melepaskan kait BH Ita maka tampaklah buah dada Ita yang kencang dan menantang, tanpa membuang kesempatan langsung Mas Ali melumat putingnya. Ita mulai tak dapat mengendalikan diri, dia lupa dengan janjinya sendiri, tangannya secara reflek menggerayang bagian depan Mas Ali dan mulai melakukan pijatan-pijatan halus mulai dada, pusar dan terus ke bawah pusar. Tanpa menolak Mas Ali malah memberi kesempatan pada Ita menyorongkan badannya, sambil mulutnya tetap bergelayut di puting Ita, tapi tanggannya sudah mulai menarik resleting celana jeannya. Ita tak henti-henti mendesah, perlahan aku ke saklar lampu kukecilkan sehingga suasana tampak redup dan makin romantis.
Ita sudah meluruskan kakinya di sofa sambil kepalanya bersandar di tanganan sofa, sementara tinggal mengenakan CD warna merah, Mas Ali belum melepaskan piayamanya dengan posisi diatas Ita tapi batangnya sudah nampak mengacung karena diurut-urut Ita. Perlahan Mas Ali menggigit pinggiran CD Ita dan menariknya kebawah sehingga bugil Ita masih tenang mungkin karena melihat Mas Ali tidak melepaskan piyamanya. Mas Ali mulai mejilati perut Ita turun ke arah pusar terus menciuminya dan meleletkan lidahnya kebawah mencium rambut kemaluan Ita, diperlakukan begitu Ita meracau tak karuan.
“Aduh Mas.. Aku nggak tahan.. oh Mas Ali”
Aku memberi kode pada Riki, saat itu Mas Ali telah membenamkan mukanya di selangkangannya, menjilati klitoris juga, Ita dengan posisi membuka kedua pahanya pinggulnya terganjal pegangan kursi sehingga sekarang kepalanya berada dibawah. Dengan posisi ini maka nampaklah gundukan bukit venus yang indah dan merekah merah sehingga memudahkan untuk penetrasi.
Perlahan Mas Ali mundur dan Riki yang telah telanjang bulat maju dengan palkon siap serbu, Ita masih tenggelam dalam kenikmatan yang didapatnya hampir satu jam dicumbu Mas Ali, tidak menyangka bahwa ada pergantian posisi dibawah. Riki langsung mengenggam palkonnya dan mengarahkan ke lubang surga Ita, dengan presisi Riki menghentak dan bles..!
“Ahh Mas aku nggak mau.. nggak mau” sambil meronta tapi secepat kilat aku membelai dan mengulum putingnya, sedang Riki langsung mengunci kakinya, maka Ita hanya bisa mendesis dan mau berontak tapi karena serangan rasa nikmat yang luar biasa ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Ahh Mbak.. Mas.. Kalian curang aduhh.. Oh.. Kenapa ini ohh.. Ohh.. Mbak aku nggak tahan.. Nggak ta.. Hhaan..”jerit sambil mengejang nafasnya memburu seluruh otot-otot badanya meregang pertanda orgasme sampai.
Riki mengimbangi dengan kocokan-kocokan perlahan dan teratur bahkan dibiarkannya untuk menikmati orgasmenya yang pertama yang hampir membuatnya tak sadarkan diri. Setelah nafas Ita agak teratur perlahan Riki mulai memompa karena itu perlahan Ita mulai membuka matanya dan..
“HAAH Mbak kok bukan Mas Ali..!” teriaknya panik sambil mau berontak tapi kuncian Riki dan kocokan-kocokan palkon di memeknya membuat dia tak berdaya.
“Gimana Mbak? Aku nggak mau Mbak, aku mau sama Mas Ali saja,” teriaknya lagi.
“Tenang jeng, tenang..!” kucoba menenangkannya, sambil kukedipi Mas Ali untuk siap-siap menggantikan posisiku.
Mas Ali mendekat dan mulai melumat puting Ita yang sebelah kiri sementara tangan kirinya meremas-remas puting yang sebelah kanan. Mendapat serangan bertubi-tubi dari bawah dan atas Ita menjadi naik birahi lagi..
“Ahh.. Mbak, Mas gimana ini kok begini to, ahh nikmat Mbak.. Aku nggak tahan Mas, ayo terus Mas.. Yang keras..” ceracaunya Meta mengejang lagi menapaki orgasmenya yang kedua.
Rikipun tampak mulai berkeyit dahinya dan makin keras kocokannya, pertanda mau mencapai orgasme maka cepat-cepat aku tarik sementara Mas Ali langsung menggantikan posisi Riki mengocok vagina Ita dengan palkonnya tanpa memberi kesempatan pada Ita untuk mengatur nafas. Kucium dan kukulum kepala kontol Riki di depan Ita sambil mengocok-ngocok batangnya.. Dan..
Creett.. Crett.. Cret..
Kuminum sperma Riki yang tumpah dimulutku. Ita melihat semua itu sambil mendelik menahan nikmat karena kocokan Mas Ali. Setelah hampir setengah jam mereka saling genjot akhirnya mulai ada tanda-tanda Mas Ali dan Ita akan mencapai puncaknya dan..
“Aaahh Mas aku nggak kuat.. Aku..” begitu teriak Ita menapaki orgasmenya yang ketiga. Mas Ali memberi kesempatan untuk mengambil nafas sambil sesekali masih mengocok vagina Ita pelan-pelan.
“Sini Mas.. Sini Mas..” pinta Ita pada Mas Ali sambil tangannya menggapai-gapai.
Mas Ali mengakhiri kocokannya dan mencabut kontolnya dan menyorongkannya ke mulut Ita, sambil tetap tiduran terlentang di sofa dikulumnya kontol Mas Ali yang sudah bengkak dan berenyut-denyut. Akhirnya..
Crett.. Crett.. Crett
Muncratlah sperma Mas Ali di mulut Ita, Ita menelannya sambil membeliakkan mata, mungkin belum biasa tapi kemudian dijilatinya sisa-sisa sperma diujung kontol Mas Ali.
Setelah itu mereka bertiga istirahat mengatur nafas, sambil menikmati sisa-sisa orgasme yang mereka alami. Ita mengerling padaku. Waktu itu sudah jam 11-an malam.
“Mbak Ayu nakall..!” rengeknya manja, sambil memukul bahuku.
“Lho kan jeng sendiri yang keterusan..” jawabku.
“Ahh Mbak ni lho, Ita jadi malu ama Mas Ali.. Eh.. Mas yang satu siapa Mbak?” tanyanya sambil mengerling ke Riki.
“Adiknya Mas Ali! Riki” jawabku.
“Jeng Ita mau pulang..?” tanyaku lagi.
“Ya deh Mbak, sudah malam nih nanti anak-anak mencari” jawabnya.
Aku dan Riki mengantar Ita pulang sedang Mas Ali tunggu rumah, di jalan Ita berterimakasih sama Riki, katanya baru kali ini dia mengalami multiorgasme yang selama ini hanya angan-angan saja. Ita bahkan berani mencium Riki di depanku saat ia turun dari mobil. Setelah mengantar Ita pulang aku mendapat ciuman istimewa dari Mas Ali dan Riki katanya mereka tak pernah membayangkan wanita lain selama ini karena sebenarnya selama ini mereka sudah merasa cukup dengan pelayananku. Tapi hadirnya Ita membuat mereka tambah bahagia. Dan selama tiga hari mereka berdua selalu dapat memuaskan Ita bahkan saat hari terakhir Ita minta nginap dirumah dan mereka main sampai empat kali. Sebagai isteri aku tetap gelisah melihat keperkasaan mereka berdua, namun hadirnya Ita dapat sedikit mengobati kegelisahanku.
sampai saat ini sudah hampir satu tahun aku Ita, Riki dan Mas Ali tanpa Juju melakukan ini. Ita tambah rajin memelihara dirinya dan ia makin berbinar ia sangat menyenangi Mas Ali walau demikian kami semua bahagia. Ada pembaca yang menawarkan kepadaku untuk ML tapi mohon maaf aku tak bisa karena aku hanya bisa untuk Rikiku dan Mas Aliku, hadirnya Ita sebenarnya tak mereka inginkan juga tapi karena sudah terlanjur maka kami sepakat meneruskan entah sampai kapan yang jelas kami saling mengasihi.
dominoqq
bandarq
aduq
sakong
bandar online terpercaya
Bermain Dengan Kedua Suami Pujaan
Reviewed by quien
on
November 26, 2017
Rating:
No comments: